TEMPO Interaktif, Bandung: Puluhan pedagang kaki lima yang pernah ditempatkan di Gerbang Marema, Jalan Kapatihan, Kota Bandung, kesal. Sejak 7 bulan lalu mereka diusir pemilik lahan karena lokasi itu akan dibangun pertokoan baru.
Kini, setelah bangunan hampir rampung, mereka tak bisa berjualan kembali di tempat itu. "Kami akan menghancurkan kios," kata Ketua Masyarakat Peduli Sektor Informal Armen Efendi, Senin (27/4).
Ancaman perusakan akan dilakukan jika pertokoan baru itu jadi diresmikan 1 Mei mendatang. "Urusan pidana itu nanti, tergantung (sikap) pemerintah," kata Armen. Menurut dia, tindakan itu adalah bentuk protes mereka yang tak kunjung ditanggapi Wali Kota dan DPRD Kota Bandung.
Mantan Ketua Pedagang Kaki Lima Kota Bandung itu mengatakan Wakil Wali Kota Bandung Februari lalu berjanji akan menghentikan pembangunan. Namun, kini bangunan sudah 90 persen jadi. Karena itu, kelompok pedagang hari ini memberikan surat protes kepada Komisi B DPRD Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda mengatakan pihaknya pernah menghentikan pembangunan pertokoan itu karena belum memiliki surat izin mendirikan bangunan. Dia mengaku belum memeriksa lagi persyaratan itu. Soal ancaman tindakan perusakan, Ayi akan segera mengundang para pedagang dan pemilik lahan. "Saya kira jangan anarkis lah," katanya.
Gerbang Marema di Jalan Kapatihan, Kota Bandung, diresmikan penggunaannya oleh Wali Kota pada 2004. Sebanyak 80 kios dibangun sebagai tempat relokasi pedagang kaki lima tas dan sepatu di ruas kawasan belanja yang kerap macet itu.
Kini, di lokasi itu telah berdiri bangunan baru dan akan dibuka untuk 103 pedagang baru. "Mereka bukan PKL, tapi pedagang toko dari Pasar Baru, ITC Kebon Kalapa, dan Cibaduyut," kata Armen.
Pemilik lahan, kata dia, membangun pertokoan itu dengan tarif sewa tinggi. Sebuah kios dengan ukuran 2,6 meter persegi, paling murah ditawarkan Rp 20 juta per tahun. Sebelumnya, para PKL Gerbang Marema paling mahal dikutip Rp 600 ribu per tahun.
"Kami ingin kembali ke tempat semula dengan harga yang dimusyawarahkan," ujarnya. Omzet PKL di tempat itu diakui Armen lumayan besar. Dalam sebulan, pedagang tas dan sepatu itu bisa meraup hingga Rp 10 juta karena daya beli di tempat itu bagus.
ANWAR SISWADI