TEMPO Interaktif, Islamabad: Tentara Pakistan dan Taliban saling menyalahkan hari Minggu atas meningkatnya ketegangan yang mengancam perjanjian damai keduanya. Hal ini terjadi beberapa hari sebelum Presiden Pakistan berangkat ke Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Barack Obama.
Tentara Pakistan menuduh militan di Lembah Swat melakukan perampasan, menyerang infrastruktur, dan membunuh seorang tentara. Sebaliknya, juru bicara Taliban mengatakan militan akan memulai patroli di kota utama Swat dan mengakui mereka telah menyembelih dua tentara sebagai pembalasan atas pembunuhan dua militan.
Apa yang terjadi pada perjanjian damai itu kemungkinan yang akan menjadi pembicaraan antara Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan Obama akhir minggu ini. Zardari diperkirakan akan meminta dana lebih banyak untuk membantu Pakistan memulihkan perekonomiannya dan membiayai pasukan keamanan yang kekurangan peralatan.
Di bawah perjanjian damai bulan Februari, Pemerintah Pakistan menyetujui untuk menerapkan hukum Islam di wilayah yang merupakan Divisi Malakand itu dengan harapan militan akan meletakkan senjata mereka.
Tetapi, Taliban di Swat semakin berani, dan mereka segera memasuki wilayah Buner yang terdekat untuk menerapkan hukum Islam.
Pakistan bersikeras menggunakan negosiasi dalam mengatasi masalah di perbatasan itu. Pendekatan itu menjadi kekhawatiran pejabat Amerika, yang memperingatkan bahwa perjanjian damai akan memberi ruang dan waktu bagi militan untuk memperkuat diri.
Taliban dan pejuang Al Qaidah telah memiliki benteng-benteng di sepanjang perbatasan Pakistan untuk melakukan serangan terhadap pasukan Amerika dan NATO di sekitar Afganistan, dan pemimpin Amerika tidak menginginkan Swat menjadi tempat perlindungan bagi militan.
Pada hari Minggu, Taliban memulai patroli di Mingora, kota utama di lembah itu, sebagai respons atas patroli militer, kata juru bicara Taliban Muslim Khan.
"Kami tidak melanggar perjanjian damai. Pemerintah dan pasukan keamanan yang melakukan itu. Kami telah memulai patroli bersenjata sebagai respons terhadap patroli pasukan keamanan. Kami akan terus melakukannya jika mereka melakukan hal serupa, dan kami akan menghentikannya jika mereka juga berhenti. Kami berhak mempertahankan diri kami," ujarnya.
AP | ERWIN Z