TEMPO Interaktif, Cilacap: Keresahan nelayan dengan adanya antrean tongkang batubara di pantai Cilacap, akhirnya bisa teratasi. Di pantai tersebut, kini antrean hanya dibatasi untuk tiga tongkang saja.
“Dulu antrean mencapai 21 tongkang, dan saat ini hanya boleh tiga tongkang,” Kepala Seksi Penjagaan dan Penyelamatan Kesatuan Pelaksana Pengamanan Laut dan Pantai (KPLP) Kantor Administratur Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap Aher Priyatno, Senin (18/5).
Aher mengatakan, antrean tongkang juga menghambat aliran Sungai Serayu yang bermuara di pantai tersebut. Akibatnya, pemijahan ikan dan udang di muara sungai tersebut menjadi terganggu.
Selain itu, tingginya gelombang laut yang mencapai tiga meter di perairan selatan jawa juga menyulitkan pengaturan datang dan perginya tongkang.
Ketua II Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Indon Cahyono, menyambut baik pembatasan tongkang tersebut. “Aspirasi nelayan tradisional akhirnya ditanggapi juga,” katanya.
Selama ini, kata Indon, nelayan tradisional banyak bergantung dari muara sungai Serayu. Di tempat itu, mereka biasa menangkap udang, ikan kecil, dan keong.
Indon mengatakan, seharusnya persoalan pasokan batu bara untuk PLTU Cilacap tidak harus berlarut-larut. “Selama ini nelayan yang terus jadi korban,” katanya.
Sementara Manajer Teknik PLTU Cilacap Sutikno mengatakan pengaturan antrean tongkang tidak mengganggu operasional pembangkit tersebut. “Cadangan kami masih banyak,” tegasnya.
Sutikno mengatakan, saat ini bongkar muatan batu bara di dermaga PLTU bisa dilakukan oleh dua tongkang sekaligus. Antrean yang terjadi beberapa waktu lalu dikarenakan proses bongkar muatan yang tidak bisa diselelasaikan dalam waktu sehari.
ARIS ANDRIANTO