Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan, monitoring terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara tetap perlu dilakukan. Pasalnya, jika harga minyak naik maka potensi tambahan subsidi menjadi terbuka.
Masalahnya, kata dia, pemerintah perlu melihat ruang tambahan beban anggaran untuk peningkatan belanja subsidi bahan bakar minyak. ”Kalau tidak ada ruang maka anggaran tak aman,” katanya menjelang rapat kerja Komisi Keuangan dan Perbankan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (3/6).
Adapun jika ruang tambahan defisit anggaran masih ada, dia juga menilai pemerintah juga tetap perlu berhati-hati. Menurut Rusman, harga minyak mentah selama ini menjadi acuan bagi harga komoditas lainnya. Melambungnya harga minyak biasanya diikuti peningkatan harga barang dan jasa, terutama komoditas energi alternatif. ”Kalau itu terjadi, artinya akan inflasi,” ujarnya.
Seperti diberitakan, harga minyak belakangan kembali meningkat. Awal pekan ini, harga minyak dunia telah mencapai US$ 68 per barel. Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak atau OPEC, bahkan menginginkan harga bisa mencapai US$ 70 per barel.
Meski demikian, pemerintah masih menyambut dingin melambungnya harga minyak mentah dunia. Pemerintah menilai lonjakan harga itu tak akan mengganggu anggaran 2009 karena tambahan beban impor minyak akan diimbangi penerimaan dari sektor minyak dan gas yang meningkat.
AGOENG WIJAYA