TEMPO Interaktif, Jakarta: Setiap kali ada acara bertema lingkungan hidup, hampir pasti Nugie ada. Penyanyi bernama asli Agustinus Gusti Nugroho ini memang peduli terhadap masalah lingkungan dan belakangan didapuk menjadi duta lingkungan hidup oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan honorary supporter World Wildlife Fund (WWF) Indonesia.
Selain menelurkan album-album musik yang bercerita soal lingkungan hidup, 10 tahun terakhir ini Nugie mengunjungi kawasan konservasi di seantero Indonesia. Saat tak berkeliling Nusantara dan beraktivitas di Jakarta, pria kelahiran Jakarta, 38 tahun silam, ini memilih sepeda lipatnya sebagai alat transportasi. Ini sebagai pernyataan sikapnya mendukung pengurangan emisi karbon kendaraan bermotor.
"Kalau saja 30 persen orang Jakarta bersepeda ke kantor, gue yakin nggak ada yang namanya macet," ujar pria yang di rumah biasa dipanggil Mbot itu. Kawan-kawan kuliah mengenalnya dengan nama Gusti, sedangkan masyarakat umum memanggilnya Nugie, nama yang dulu dipakainya bersiaran di radio Suara Kejayaan.
Dulu ia dikenal dengan hobinya mengendarai motor besar. Tapi, seiring dengan keterlibatannya dalam kampanye kelestarian lingkungan, Nugie sadar, sepeda motornya itu boros bahan bakar. Pada 2001, ia menjualnya dan mulai naik sepeda. "Bersepeda itu sehat, cepat, hemat, dan mengurangi emisi kendaraan bermotor," ujarnya.
amun, lama-kelamaan, keputusan itu agak menghambat mobilitasnya lantaran tak semua perkantoran dan pusat belanja menyediakan tempat parkir untuk sepeda gunungnya. "Kadang suka dimarahi satpam gedung yang sama sekali tidak mengizinkan sepeda masuk," kata dia.
Akhirnya ia memutuskan membeli sepeda lipat, tapi ragu akan harganya yang mahal. Beruntung, sebuah pabrikan sepeda lipat Amerika Serikat mencatat kebiasaan bersepedanya dan memberikan secara cuma-cuma sepeda lipat berwarna hijau, yang harganya sekitar Rp 18 juta, itu.
Sejak itu, sepeda lipat tersebut selalu dibawanya sampai ke Papua, bahkan ikut masuk ke bioskop jika ia menonton film. Diakui Nugie, bersepeda kadang melelahkan, tapi ia tetap bisa beraktivitas secara normal karena pekerjaan musisi tak menuntut konsentrasi tinggi seperti kerja kantoran. "Paling kaki tambah besar sampai celana tidak muat lagi di kaki, padahal pinggang mengecil," kata lelaki dengan berat badan 68 kilogram ini.
Nugie biasa menggoes sepeda puluhan kilomter. Perjalanan dari rumahnya di Bintaro ke Pancoran, yang berjarak sekitar 25 kilometer, ditempuh Nugie dalam satu jam dengan melewati jalan-jalan tikus di Radio Dalam, Kemang, dan Mampang Prapatan. Tak mengherankan kalau ia hafal jalan-jalan kecil karena ia lahir dan besar di Ibu Kota.
Penerima Kementerian Lingkungan Hidup Award 2005 ini merasa kecintaan terhadap lingkungan sudah menjadi panggilan hidup, apalagi sejak kecil Nugie memang diajari ayahnya menjaga kebersihan dan keasrian rumahnya. Bahkan, saat menulis lagu, ide yang muncul juga selalu mengarah ke tema-tema itu. Seperti salah satu lagu hitnya, Teman Baik, Nugie agaknya ingin menjadi teman baik bagi bumi.
Ia berpendapat kondisi bumi sudah berubah dan manusia tidak bisa seenaknya seperti dulu. Nugie tak sekadar tampil dalam acara lingkungan hidup, tapi juga mengkampanyekan kecintaan terhadap bumi dalam hidup sehari-hari. Inilah yang membuatnya dijadikan duta yang, menurut Nugie, dijalaninya tanpa bayaran. "Kalaupun tidak jadi duta, gue akan tetap berkampanye buat kelestarian lingkungan."
OKTAMANDJAYA WIGUNA