Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Ali Rosidi, penurunan nilai ekspor tahun ini didorong anjloknya pengapalan migas ke luar negeri sebesar 65,84 persen dan nonmigas sebesar 15,77 persen. "Penurunan ekspor migas penyebabnya jadi rendahnya ekspor minyak mentah," kata Ali di Gedung BPS Jakarta, Rabu (1/7).
Pada periode Januari-Mei 2008, ekspor migas Indonesia mencapai US$ 13,1 miliar. Ekspor itu terbagi dalam ekspor minyak mentah sebesar US$ 6,1 miliar, hasil minyak US$ 1,5 miliar, dan gas US$ 5,5 miliar. Jumlah itu merosot tajam pada periode yang sama tahun ini yang tercatat US$ 5,7 miliar.
Ekspor minyak mentah pada Januari-Mei 2009 turun paling tajam jadi US$ 2,6 miliar. Hasil minyak anjlok jadi US$ 676,9 juta, dan gas tercatat US$ 2,4 miliar.
Ekspor nonmigas juga mengalami penurunan. Dari US$ 44,5 miliar pada periode Januari-Mei 2008 menjadi US$ 35,1 miliar.
Sektor industri tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor Indonesia. Bahkan, porsinya meningkat pada periode Januari-Mei 2009 menjadi 66,9 persen dari total ekspor Indonesia. Padahal pada periode yang sama tahun lalu porsinya tercatat 64,8 persen. Sektor tambang, naik menjadi 15,33 persen dari 9,42 persen pada tahun lalu.
Sektor pertanian naik jadi 3,84 persen dari 3,02 persen tahun lalu. "Sumbangan sektor migas pada tahun ini turun menjadi 13,96 persen dari 22,75 persen paa tahun lalu," ujarnya. Penurunan nilai ekspor itu diimbangi impor yang tercatat US$ 33,65 miliar pada periode Januari-Mei 2009, turun 36,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ali mengemukakan, negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Mei 2009 masih ditempati Cina dengan nilai US$ 4,85 miliar dengan pangsa 17,36 persen. Diikuti Jepang US$ 3,5 miliar, dan Singapura US$ 3,15 miliar.
EKO NOPIANSYAH