Meskipun harga minyak naik-turun bak rollercoaster--yang tahun lalu menukik dari US$ 146 per barel ke US$ 45 per barel--namun Exxon sukses meraup pendapatan US$ 443 miliar dan mencatatkan laba US$ 45 miliar atau sekitar Rp 456 triliun tahun lalu.
Keberhasilan Exxon menempati posisi pertama dalam daftar Fortune itu sekaligus menggeser kedudukan Royal Ducth Shell, perusahaan minyak raksasa dari Belanda, yang kali ini hanya berada di posisi ketiga dengan laba US$ 26 miliar atau sekira Rp 263 triliun pada 2008.
Lonjakan besar dicetak perusahaan gas alam kelas kakap asal Rusia, Gazprom, yang kali ini melesat ke peringkat kedua. Padahal tahun lalu, Gazprom hanya berada di peringkat 22. Perusahaan yang berbasis di Moskow dengan 456 ribu karyawan di seantero dunia itu, mencetak laba nyaris US$ 30 miliar atau kurang lebih Rp 304 triliun tahun lalu.
Peringkat keempat hingga keenam, semuanya diduduki perusahaan energi, terutama minyak dan gas, seperti perusahaan minyak asal Amerika, Chevron (laba US$ 23,9 miliar), juragan minyak dari Inggris, BP (US$ 21,1 miliar), dan perusahaan minyak asal Brasil, Petrobras (US$ 18,8 miliar).
Microsoft, perusahaan perangkat lunak milik Bill Gates, berada di peringkat ketujuh pada 2008 atau melejit jauh jika dibandingkan posisi ke-117 tahun sebelumnya dengan keuntungan US$ 17,6 miliar. Microsoft dibuntuti General Electric (laba US$ 17,4 miliar), Nestle (US$ 16,69 miliar), dan Industrial & Commercial Bank of China (US$ 15,9 miliar).
FORTUNE.COM | BOBBY CHANDRA