Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara G-8. "Harus ditekankan pentingnya upaya menghindari proteksionisme untuk mencegah semakin memburuknya krisis ekonomi global," ujar dia melalui wawancara jarak jauh langsung dari L'Aquila, Italia, Jumat (10/7).
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 3 Juli lalu telah merevisi proyeksi kontraksi perdagangan dunia 2009, dari perkiraan volume perdagangan dunia minus 9 persen menjadi minus 10 persen. Revisi ini, kata Mari, memperlihatkan situasi ekonomi dunia tetap belum menunjukkan perbaikan.
WTO juga melaporkan telah terjadi peningkatan penggunaan kebijakan di berbagai negara yang mempengaruhi dan menyebabkan restriksi terhadap arus perdagangan meski masih konsisten dengan aturan WTO. "Kami terus mendukung proses monotoring kebijakan perdagangan yang dilakukan WTO," tambahnya. Monitoring berfungsi untuk mencegah praktik proteksionisme dan meningkatkan transparansi dalam perdagangan.
Negara-negara di dunia, kata Mari, harus menegaskan kembali komitmen untuk menjaga iklim perdagangan dan investasi sehingga tidak menghambat proses pemulihan. "Kesepakatan Putaran Doha dapat meningkatkan kepercayaaan pelaku ekonomi atas sistem perdagangan multilateral dan menjadi stimulus ekonomi yang dapat mendorong pertumbuhan," tambahnya.
Para pemimpin negara-negara maju dalam kelompk G-8 berkumpul di kawasan Italia tengah di Kota L'Aquila, sejak Rabu lalu, tempat mereka bergulat menelurkan perjanjian dan kesepakatan potensial di tengah keterbatasan akibat meningkatnya iklim akibat pemanasan global.
G-8 merupakan koalisi delapan negara termaju di dunia yang meliputi Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dan Uni Eropa. Kelompok ini secara berkala menggelar pertemuan ekonomi dan politik yang dihadiri para kepala negara dan pejabat-pejabat internasional.
VENNIE MELYANI