TEMPO Interaktif, GARUT- Sebanyak 60 Banteng liar (Bos Javanicus Javanicus) dari Ujung Kulon, Banten, akan segera didatangkan ke kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Menyusul semakin meyusut populasi jenis satwa langka tersebut di Kabupaten Garut belakangan ini. “Mudah-mudahan bisa dilakukan tahun ini,” ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Garut, Teguh Setiawan, Minggu (12/7).
Menurutnya, populasi Banteng yang hidup di hutan Sancang seluas 2.157 hektar itu, dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Pada pendataan tahun 1984 jumlah Banteng mencapai 173 ekor. Sedangkan pada tahun 1992 jumlahnya hanya 64 ekor, terdiri dari 10 ekor jantan, 45 betina dan 9 ekor anak. Namun pada survai yang dilakukan tahun 2007 lalu, tidak diketemukan satu ekor pun Banteng, hanya tapak kakinya saja.
Hilangnya Banteng, diakibatkan kerusakan alam di Leuweung Sancang. Sehingga membuat sumber makanan Banteng menjadi hilang. Faktor peyebab rusaknya alam itu diantaranya, kebakaran, perambahan hutan, pencurian kayu, pemukiman liar dan penggunaan area diluar fungsi untuk pemusnahan amunisi senjata TNI.
Di dunia ini, tambah Teguh, habitat Banteng hanya hidup di Indonesia dan Birma. Dua spesies hidup di Indonesia, yakni di Kalimantan dan pulau Jawa. Untuk di daerah Jawa Barat habitatnya hanya berada di Kabupaten Garut dan di Ujung Kulon, Banten. Sedangkan yang yang masih terjaga sekarang hanya di Ujungkulon saja.
Untuk memulihkan populasi Banteng di kawasan Sancang, pihaknya terlebih dahulu akan melakukan pengukuran tapal batas kawasan tersebut. Selanjutnya dilakukan pemulihan hutan dengan cara reboisasi. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan Banteng di Garut, sedikitnya diperlukan sekitar 10 tahun. Karena, perkembangbiakan hewan mamalia besar itu cukup lambat. Dalam satu kali perkawinan hanya melahirkan satu ekor.
Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kabupaten Garut, Miftahul Rahmat, menyatakan sekitar 60 persen kawan Cagar Alam Leuwueng Sancang rusak. Akibatnya, banyak diantaranya vegetasi tanaman langka yang hanya hidup di kawasan tersebut punah. Salah satu tanaman yang hilang itu diantaranya pohon dammar laut dan Kaboa. “kerusakan ini akan mempengaruhi daya tangkapan ir dan penyebaran nyamuk malaria,” ujarnya.
SIGIT ZULMUNIR