Menurut dia, sebetulnya biaya dana yang didapat perseroan masih cukup tinggi. Sebabnya, setelah krisis finansial membuat likuiditas ketat, komposisi dana pihak ketiga yang ditargetkan 60 persen terdiri dari dana murah (tabungan dan giro) dan 40 persen dana mahal (deposito) nyatanya justru menjadi sekitar 47 persen dana murah dan 53 persen dana mahal.
Repotnya, 30-40 persen deposito ialah milik institusi besar, yang biasanya meminta bunga lebih tinggi ketimbang tingkat bunga bank di konter (counter rate). Tingkat bunga BNI kini berkisar di 12-13 persen untuk kredit, dan 7-9 persen untuk deposito.
Ekonom BNI Ryan Kiryanto berpendapat dengan penurunan suku bunga bank sentral dan rendahnya tingkat inflasi, sesungguhnya tak ada alasan bagi bank untuk menahan penurunan bunganya. "Jangan sampai korporasi masih minta special rate (suku bunga khusus), karena ini akan mengganggu penurunan suku bunga," kata dia. "Jadi perlu sacrifice (pengorbanan) bersama lah."
Ia menilai bank sebenarnya juga suka jika suku bunganya turun, karena penurunan itu bakal menggenjot pengajuan pinjaman dan pendapatan perseroan. Sementara, sektor riil juga bergerak akibat kucuran dana tersebut.
Ryan menambahkan, bunga acuan Bank Indonesia masih berpeluang turun ke kisaran 6 persen tahun ini.
BUNGA MANGGIASIH