TEMPO Interaktif, Serang - Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten mencatat, hingga saat ini sudah ada 2.149 hektar sawah yang kekeringan, sedangkan 897 hektar diantaranya mengalami puso. ”Sejak kemarau ini lahan yang kekeringan terus bertambah,” ujar Agus Tauchid, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Banten.
Pada bulan sebelumnya, kekeringan hanya terjadi di empat kecamatan di Banten, yakni di Kecamatan Cikeusik seluas 162 hektare, Cikeudal 2 hektare, Menes 2 Hektare, serta Malingping 262 hektar. Namun dalam sebulan terakhir, kekeringan berubah menjadi puso. Daerah yang telah mengalami puso diantaranya, kata dia, di Pandeglang sebanyak 52 hektare, dan di Kabupaten Serang 35 hektare.
Pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, Agus melanjutkan, telah mengajukan anggaran tambahan pada APBD Banten tahun 2009 sebesar Rp 500 juta untuk mengantisipasi kekeringan akibat badai El Nino. Anggaran itu akan digunakan untuk membeli pompa bergerak yang akan dibagikan ke daerah-daerah yang terkena dampak kekeringan tersebut.
Berdasarkan data badan meteorologi, Banten akan mengalami musim kemarau hingga bulan September dan hujan baru akan terjadi pada bulan Oktober. “Untuk tahun ini akan terjadi kemunduran musim tanam sekitar 26,4 persen,” kata Agus.
Selain akan membeli pompa bergerak, pihaknya telah melakukan beberapa langkah antisipasi, seperti membangun embung atau reservoir, memperbaiki jaringan irigasi tani dan jaringan irigasi desa. “Selain itu, kami juga melakukan percepatan tanam terutama untuk daerah Banten selatan serta menyiapkan bantuan benih nasional dan menyiapkan varietas tahan kekeringan,” kata Agus.
Meski tahun ini banyak terjadi kekeringan dan gagal panen, namun kata Agus, hal itu tidak akan terlalu memengaruhi produksi gabah kering di Banten. Pada tahun ini, Banten mentargetkan produksi gabah kering hingga 1,8 juta ton.
MABSUTI IBNU MARHAS