TEMPO Interaktif, Jayapura - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Kota Jayapura, Papua hanya punya sisa dua karung beras ukuran 25 kilogram. Tapi, kini rumah sakit umum milik pemerintah daerah Provinsi Papua itu kehabisan stok beras. Akibatnya, pasien hanya makan lauk pauk tanpa nasi seperti biasanya. Situasi ini berlangsung sejak Sabtu (22/8) lalu hingga saat ini. Padahal, rumah sakit ini mendapat dana otonomi khusus (Otsus) Papua bidang kesehatan sebesar 15 persen dari APBD dan dana otsus dari total dana Rp 1,7 triliun.
Persoalan kehabisan beras ini diakui Kepala Bagian Instalasi Gizi RSUD Dok II Kota Jayapura, Papua, Viktor Warkawani. “Saat ini kami kehabisan beras, sehingga beberapa hari ini pasien tak makan nasi. Hal ini disebabkan tender pengadaan beras hingga saat ini belum dilakukan. Namun untuk stok lauk pauk dan sayur sudah ditenderkan sehingga stoknya masih ada. Padahal, setiap hari kami membutuhkan 70 kilogram beras untuk dimasak bagi 200 orang pasien per harinya. Tapi itu tergantung banyaknya pasien,” terang Viktor kepada wartawan, Rabu (26/8) sore.
Hal yang sama diungkapkan Afra Rumakiek yang bertugas sebagai Pengawas Perawat RSUD Dok II Kota Jayapura, Papua. “Kasus seperti ini bukan baru sekali ini saja terjadi. Tapi sudah biasa di sini. Untuk tahun 2009 ini saja, kasus kehabisan stok beras dan pasien akhirnya makan apa adanya sudah dua kali terjadi,” paparnya kepada wartawan, Rabu (26/8) sore.
Seorang pasien rumah sakit bernama Devi yang baru menjalani operasi caesar mengaku tak diberi makanan layak untuk dikonsumsi, tapi hanya diberi bubur kosong, tanpa lauk seperti selayaknya bagi pasien yang rawat inap. “Makanan yang diberikan tak memenuhi syarat untuk layak di makan. Bahkan ada pasien mengeluhkan tipisnya stok cairan infuse, termasuk jarum infus tak ada. Padahal jarum infus untuk bayi di gunakan untuk orang dewasa,” terangnya kepada wartawan, Rabu (26/8).
Menurut Viktor, akibat menipisnya stok beras milik RSUD Dok II Kota Jayapura, Papua dan untuk memenuhi bahan makanan, maka pihak rumah sakit terpaksa berbelanja seadanya dari anggaran yang diberikan dari pimpinan. “Tetapi saya tak tahu darimana anggaran itu diambil. Sebenarnya, tender pengadaan beras seharusnya sudah dari bulan November tahun lalu. Tetapi hal itu tak dilakukan dan tak ada alasan yang jelas,” tambahnya.
CUNDING LEVI