TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Potensi kelautan Indonesia diyakini dapat memecahkan permasalahan keterpurukan bangsa dari kemiskinan dan jerat utang luar negeri. Karenanya, ekonomi rakyat berbasis kelautan sudah saatnya menjadi pilihan.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan hal itu saat menjadi pembicara kunci seminar bertema Perekonomian Indonesia Pasca Pemilihan Presiden di kantor Bank Indonesia Yogyakarta, Jumat (4/9).
Indonesia sebagai negara maritim, kata Sultan HB X, menyimpan potensi luar biasa dan diyakini dapat memecahkan permasalahan, termasuk keterpurukan dari kemiskinan dan jerat utang luar negeri. Sayangnya, tidak satupun pasangan calon presiden - calon wakil presiden yang mengusung isu potensi kelautan itu saat kampanye pemilihan presiden beberapa waktu lalu.
Selama ini laut dipandang sebagai pemisah antar-pulau dan faktor pembatas pembangunan nasional. Kehidupan masyarakat pesisir saat ini masih di bawah garis kemiskinan.
Sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia, kata Sultan, seharusnya lebih mampu mempergunakan sumberdaya hayati laut tersebut sebagia aset nasional yang strategis bagi kemajuan dan kesejahteraan. Namun, lanjut Sultan, sampai saat ini pendayagunaan aset tersebut masih jauh dari optimal.
“Kalaupun kita sudah memanfaatkan sumber hayati laut, cara-cara yang ditempuh sebagian besar bersifat destruktif, kurang mengindahkan aspek kelestariannya dan kurang menerapkan iptek yang tepat maupun menejemen profesional. Sumberdaya pesisir dan kelautan yang begitu melimpah tidak seharusnya membuat Indonesia menjadi negara terbelakang dibanding negara lain,” tandas Sultan.
Karena itu, komitmen presiden terpilih SBY sangat dibutuhkan untuk mengembangkan pembangunan dan pemecahan masalah kelautan. Pilihan ekonomi rakyat berbasis kelautan sudah semestinya menjadi tolok ukur pembangunan dan penyelamatan komitmen nasional.
HERU CN