Apalagi, lanjutnya, persoalan harga gula putih konsumsi ini tak jelas masalahnya apa. Ada pihak yang menuding spekulan yang memanfaatkan momentum bulan Ramadhan dan Lebaran. Ada pihak yang bilang konsumsi gula meningkat untuk membuat makanan dan minuman di bulan Ramadhan. Ada pihak yang mengklaim pasokan gula rafinasi kurang. Ada pula pihak yang meminta impor gula ditambah.
Karena itu, YLKI meminta pemerintah menjelaskan secara gamblang mengenai produksi dan cadangan gula, serta data konsumsi gula yang akurat. "Lalu kebijakan apa yang akan dibuat untuk mengatasi harga gula yang naik drastis," kata Huzna.
Menurut Huzna, jika pemerintah menyatakan stok gula konsumsi aman, maka pemerintah tetap harus menjelaskan alasan kenaikan harga gula putih.
YLKI, lanjutnya, mendesak pemerintah untuk segera menelusuri penyebab kenaikan harga gula putih konsumsi, siapa pemain atau spekulan di balik kenaikan harga gula, serta membuat antisipasi terhadap titik yang rawan dalam distribusi gula putih konsumsi. "Impor tidak menyelesaikan masalah," kata Huzna mengomentari rencana pemerintah untuk menambah kuota impor gula.
Pasalnya, dia menjelaskan, jika harga gula impor itu lebih rendah daripada harga gula lokal, maka akan menjadi bumerang. Produsen gula domestik akan tertekan. Gula impor juga berpotensi mengganggu penyerapan gula tebu dari petani. "Pemerintah harus membuat pertimbangan yang benar-benar matang supaya penyerapan gula putih konsumsi tidak terganggu," ujarnya.
NIEKE INDRIETTA