TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Menginjak hari ketiga Idul Fitri 1430 H, aktivitas di Kota Yogyakarta berangsur normal. Pusat perdagangan mulai beraktivitas, demikian pula pedagang kaki lima yang menggelar lapak dagangannya mulai menangguk untung dari dagangannya.
Para pedagang kaki lima bahkan mengaku telah membuka lapak dagangannya pada hari pertama lebaran. “Setiap hari omset paling sedikit Rp 1 juta dengan kenaikan pengunjung hingga 50 persen dibanding hari biasanya,” kata Reno Wijaya, pedagang kaki lima Jalan Malioboro yang mengaku sejak hari pertama lebaran telah membuka lapak dagangan batiknya di Jalan Malioboro, Selasa, (22/9).
Menurut Reno, pada saat lebaran hingga hari Minggu pekan ini, adalah kesempatan pedagang menangguk untung dari hasil dagangannya. Pasalnya selama musim puasa, dagangan mereka sepi. “Jadi seminggu ke depan waktunya pedagang mendapatkan untung,” kata Reno.
Meski omset meningkat, Reno mengaku lebaran tahun ini lebih sepi ketimbang tahun lalu. Jika tahun lalu, seminggu sebelum lebaran, para pembeli sudah membelanjakan uangnya, maka tahun ini hingga hari kedua, penjualan belum begitu maksimal. Reno menduga bencana gempa penyebabnya. “Pelancong banyak yang urung datang dan sedikit membelanjakan uangnya,” kata Reno.
Yossy, pedagang souvenir tak seberuntung Reno. Dia mengaku pembeli yang datang hanya 25 persen lebih banyak dari biasa. Meski begitu dia bersyukur, lebaran ini angka penjualannya meningkat. “Meski 25 persen ya lumayanlah,” katanya.
Pasar tradisional Beringharjo juga sudah diserbu pembeli sejak hari kedua. Untuk memasuki pasar, para pembeli yang kebanyakan dari Jakarta, Bandung, Palembang ini harus berdesak-desakan. “Saya mau memborong batik,” kata Marini, pelancong asal Jakarta. Dia mengaku menghabiskan uang Rp 500.000 untuk memborong batik bagi oleh-oleh keluarga dan kerabatnya.
Ramai di pusat Kota, tidak demikian di jalan-jalan pinggiran. Jalanan di kampung-kampung, desa, atau jalan alternatif belum begitu lalu lalang. Toko, warung di sepanjang Jalan GEjayan contohnya, belum banyak yang buka. Demikian pula, di Jalan Kranggan, Jalan Magelang. Liburan massal yang baru berakhir pada (24/9) menjadi penyebab aktivitas belum berjalan normal.
BERNADA RURIT