Harga acuan untuk antaran November naik US$ 0,2 bertengger di posisi US$ 66,86 per barel pada siang ini waktu Bangkok di perdagangan New York Mercantile Exchange. Kontrak antaran naik US$ 0,82 pada Senin lalu untuk memantapkan diri di posisi US$ 66,84 per barel. Di London, minyak jenis Brent naik US$ 0,01 ke US$ 65,55 di ICE Futures.
Pasar saham kawasan, yang kerap dijadikan barometer untuk proyeksi perekonomian ke depan, mengalami kenaikan setelah anjlok tajam sehari sebelumnya lantaran pengambilalihan beberapa perusahaan menggenjot harga saham di bursa Wall Street menjadi lebih tinggi.
Harga minyak juga terkatrol akibat peringatan Barat terhadap Iran yang kembali meluncurkan percobaan nuklirnya baru-baru ini. Sedikitnya 20 persen minyak mentah dunia mengalir dari Selat Hormuz di bagian selatan pantai Iran. Konflik apapun yang terjadi antara Barat dan Iran bisa mengancam pasokan minyak dari rute tersebut.
"Investor masih membeli minyak di pertengahan angka US$ 60-an. Banyak orang yang masih yakin, dalam 12 bulan ke depan harga minyak terus bergerak lebih tinggi," kata Ben Westmore, analis energi dari National Australia Bank, Melbourne, Australia. "Kanaikan harga saham di AS bisa ikut menjadi pendorong."
Westmore memperkirakan harga minyak berada di angka rata-rata US$ 80 per barel di kuartal ketiga tahun depan. "Kita berharap pemulihan berlangsung dalam jangka panjang, bukan pemulihan dalam bentuk kurva V. Namun selama 2010 kita harapkan ada masukan positif di negara-negara berkembang, dan permintaan minyak ikut positif juga," ucap dia.
AP | BOBBY CHANDRA