“Ini untuk pertama kali ekspor mampu menembus lagi nilai US$ 10 miliar sejak mengalami penurunan mulai triwulan keempat tahun lalu,” kata Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, di Jakarta, Kamis (1/10). Meski mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, nilai ekspor Agustus justru menurun 15,41 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, nilai ekspor minyak dan gas pada Agustus mencapai US$ 1,63 miliar yang terdiri dari minyak mentah senilai US$ 747,9 juta, hasil minyak US$ 156,3 juta, dan gas sebesar US$ 728,2 juta. Sedangkan ekspor nonmigas pada Agustus 2009 mencapai US$ 8,91 miliar, atau naik 8,76 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Dengan tambahan ekspor Agustus 2009, maka secara kumulatif nilai ekspor tahun ini US$ 70,3 miliar, turun 26,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 95,39 miliar. Ekspor minyak dan gas secara kumulatif mencapai US$ 10,29 miliar, atau turun 53,06 persen dari periode yang sama tahun lalu. Adapun, ekspor nonmigas mencapai US$ 60 miliar atau turun 18,3 persen.
Menurut dia, aktivitas ekspor tahun ini baru dimulai pada Juni 2009 seiring membaiknya perekonomian dunia terutama mitra dagang utama seperti Jepang, Amerika Serikat, Cina, Singapura. Jepang menjadi tujuan utama ekspor US$ 1,046 miliar, disusul Amerika Serikat sebesar US$ 930,7 juta, dan Cina sebesar US$ 792,2 juta.
Adapun nilai ekspor bulanan menembus US$ 10 miliar pada Desember 2007 dan mencapai puncaknya pada April dan Mei 2008 ketika ekspor nyaris menyentuh US$ 13 miliar. Aktivitas ekspor mulai menurun pada November tahun lalu menyusul krisis. “Tapi dengan membaiknya ekspor saat ini, kami harap ekspor tahun ini lebih baik, meski tetap akan minus,” ujarnya.
AGOENG WIJAYA