Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Persedian Beras Fitrah Menipis, Nasi Aking Jadi Pilihan

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Cirebon - Musim kemarau, sejumlah warga di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon kembali makan nasi aking. Membeli nasi aking dianggap lebih murah dibandingkan membeli beras.

Seperti diungkapkan Dasuki, warga RT 2 RW 2 Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. "Sekarang saya dan keluarga sudah makan nasi aking," katanya. Nasi aking adalah nasi bekas yang sudah dikeringkan kemudian dimasak kembali. Nasi ini biasanya digunakan sebagai pakan ternak seperti itik.

Menurut Dasuki, penghasilannya sebagai tukang becak tidaklah mencukupi. "Paling tinggi sehari hanya dapat Rp 20 ribu mengayuh becak di Kota Cirebon," katanya. Uang sebesar itu harus dibagi-bagi. Rp 4 ribu untuk setor ke majikan, Rp 4 ribu untuk ongkos angkot dan Rp 5 ribu untuk makan saat mengayuh becak. "Jadi uang yang dibawa pulang tinggal Rp 6 atau Rp 7 ribu," katanya.

Uang sebesar itu tentu tidak cukup untuk membeli beras yang di pasar sudah mencapai Rp 5 ribu. "Dengan anak empat, sehari kami butuh sekitar 2 kg nasi," katanya. Karena tak sanggup membeli beras sebanyak itu, akhirnya diselang-seling. Kalau malam mereka masak nasi sebanyak 1 kg, sedangkan siang mereka masak aking sebanyak 1 kg.

Untuk aking, Dasuki mengaku tidak perlu membeli. "Saya dikasih sama pemilik rumah makan tempat biasa saya mangkal," katanya. Nasi bekas itu dicuci lalu dijemur sampai kering baru kemudian dimasak. "Lumayan bisa berhemat," katanya. Karena sisa uang yang tidak seberapa itu akan digunakan bekal anak-anaknya yang masih sekolah.

Saat musim penghujan, baik Dasuki dan istrinya bekerja sebagai buruh tani. "Kalau lagi tanam, penghasilan kami kalau digabung lumayan," katanya. Buruh tani laki-laki dapat Rp 25 ribu sehari sedangkan perempuan dapat Rp 15 ribu. "Tapi itu hanya kalau lagi tanam saja, kalau kemarau ya narik becak," katanya.

Hal senada diungkapkan Ibu Rumini, warga Rt 01 RW 02, Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan. "Anak saya tujuh, cucu saya empat," katanya. Mereka semua tinggal di dalam rumah gubuk beralaskan tanah dan beratap rumbia.

Anak tertua hanya sebagai tukang becak, sedangkan suaminya hanya sebagai angon bebek dan memelihara kambing tetangga. Dengan penghasilan tak menentu, Rumini mengaku tak bisa membeli beras.

Akhirnya untuk sehari-harinya, mereka pun makan nasi aking. Saat ditanyakan beras raskin, Rumini mengaku dapat 4,5 kg sebulan. "Saat itu baru kami bisa makan nasi bagus," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketua RT 01 RW 02 Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Casila mengakui jika sebagian besar warga di desanya dalam kondisi miskin. "ada sekitar 13 KK yang saat ini masih tinggal di gubuk kecil beralaskan tanah," katanya.

Total di wilayahnya ada 120 Kepala Keluar. "Sebagian besar hidup miskin," katanya. Mereka pun sebagian besar berprofesi sebagai buruh tani yang di musim kemarau ini kehilangan pekerjaan. "Atau beralih sebagai tukang becak atau buruh kasar lainnya," katanya.

Dengan penghasilan tak menentu, wajarlah jika akhirnya mereka makan nasi aking. Namun Casila mengungkapkan beberapa warga masih bisa makan nasi bagus karena masih memiliki persediaan usai panen dan beras zakat fitrah. "Tapi persediaan itu pun semakin menipis," katanya. Diperkirakan beberapa hari ke depan, semakin banyak warganya yang makan nasi aking jika kemarau semakin panjang.

Hal yang sama pun terlihat di Desa Dukuh, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Seperti diungkapkan Hatita. "Beli nasi aking lebih murah daripada beras," katanya. Nasi aking dibeli di pasar seharga Rp 2.500 per kilogram, sedangkan beras lebih dari Rp 5 ribu per kilogram.

Saat ini diakui Hatita, keluarganya masih memiliki persediaan beras untuk empat hari ke depan. "Beras itu berasal dari zakat fitrah," katanya. Untuk berhemat, akhirnya makannya pun diselang-seling. Malam makan nasi biasa, siangnya makan nasi aking, atau sebaliknya. "Kalau tidak begitu, persediaan beras fitrah cepat habis," katanya.

Apalagi saat ini sumur milik mereka sudah kering. "Airnya terasa asin," katanya. Akhirnya untuk minum mereka harus beli air dari tukang keliling air seharga Rp 500,00 setiap jerigen. "Sehari bisa 2-3 jerigen air untuk minum saja. Sedangkan untuk mandi pakai air sumur saja," katanya.

IVANSYAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

32 hari lalu

Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya (ke-3 dari kanan) meninjau Pantai Melasti di Badung, Bali, yang terpilih sebagai salah satu lokasi World Water Forum (WWF) ke-10 yang digelar pada 18-24 Mei 2024. (ANTARA/Ho- Pemprov Bali)
Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.


Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

37 hari lalu

National Aeronautics and Space Administrationcode (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat menyoroti perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Foto : NASA
Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.


Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

41 hari lalu

Ilustrasi BMKG
Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.


Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

43 hari lalu

Foto aerial sejumlah petani memanen tanaman padi yang rusak setelah terendam banjir lebih dari sepuluh hari di Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat 23 Februari 2024. Menurut data yang dihimpun Posko Terpadu Penanganan Darurat Bencana Banjir Demak per Jumat 23 Februari pukul 12:00 WIB, banjir menggenangi 3.427 hektare lahan persawahan dan mengakibatkan 1.975 hektare tanaman padi puso atau gagal panen. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.


Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

54 hari lalu

Pulau Tenerife, Canary, Spanyol. Unsplash.com/Bastoan Pudill
Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,


Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

56 hari lalu

Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia. Foto: Canva
Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.


Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

8 Februari 2024

Papan reklame digital menunjukkan suhu 115 derajat Fahrenheit atau sekitar 46 derajat Celcius, di pusat kota Phoenix, Arizona, AS, 17 Juli 2023. Panas ekstrem yang menghanguskan Phoenix mencetak rekor pada 18 Juli 2023, hari ke-19 berturut-turut dengan suhu mencapai setidaknya 110 derajat Fahrenheit (43 Celsius) di musim panas yang menyengat di sebagian besar dunia. Rob Schumacher/USA Today Network via REUTERS
Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

Walau fenomena El Nino sudah melemah, peningkatan suhu permukaan laut global masih tercatat tinggi dan melampaui rekor global.


Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

24 Januari 2024

Presiden Joko Widodo meninjau petani yang sedang melakukan tanam padi saat kunjungan kerja di area persawahan Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu 13 Desember 2023. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

BNPB memberi penjelasan soal bantuan Jokowi sebesar Rp 8 juta per hektare yang diberikan untuk petani terdampak banjir dan El Nino.


BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

5 Januari 2024

Area persawahan yang kering di kawasan Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 September 2023. Kekeringan yang telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia merupakan dampak dari El Nino. TEMPO/Tony Hartawan
BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi di tahun 2024 curah hujan berada di kondisi normal.


Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

22 Desember 2023

Dua bocah membawa jeriken kosong untuk mengisi air saat pembagian air bersih oleh pihak kepolisian di Kecamatan Alak, Kota Kupang, NTT, Sabtu, 19 September 2020. Satlantas Polres Kupang Kota membagikan 37 ribu liter air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan sebagai bentuk kepedulian. ANTARA/Kornelis Kaha
Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

Banyak anak di daerah yang terdampak itu mengalami infeksi saluran pernapasan akut selama kekeringan berkepanjangan.