TEMPO Interaktif, Surabaya - Lantaran sulit mencairkan anggaran dari pemerintah pusat, Rumah Sakit Dr. Soewandie Surabaya terpaksa berutang untuk menutupi kebutuhan obat-obatan. “Pencairan dananya seret” kata Kepala Bidang Prasarana Medik Didiek Riyadi, Selasa (20/10).
Mantan Direktur RS Dr. Soewandie ini, mengatakan rumah sakit berutang pada sejumlah produsen obat. Tiap kali melakukan pemesanan obat, pihak rumah sakit melakukan negosiasi pada mereka agar diberbolehkan membayar belakangan. Nilai utang itu, lanjut dia, hingga kini mencapai Rp 1 milyar lebih. “Mau bagaimana lagi, kebutuhan obat kan harus tetap ada,” kata dia.
Didiek mengatakan rumah sakit dianggarkan mendapat bantuan sebesar Rp 4,8 milyar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Anggaran ini diperuntukkan bagi pasien yang berobat dengan menggunakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Sepanjang tahun 2008, kata dia, sebanyak Rp 2,4 milyar dari total dana yang disediakan telah dicairkan oleh pemerintah pusat. Namun sisanya, hingga kini tak kunjung diberikan.
Menurut Didiek, sulitnya pencairan anggaran pembelian ini berkaitan dengan terus berubahnya peraturan dari pemerintah pusat. Akibatnya, berbagai persyaratan pencairan yang telah diajukan dikembalikan lantaran dinilai tidak lagi sesuai dengan peraturan terbaru. “Jadi,” kata dia, “Surat pengajuan yang kami kirim sering dikembalikan.”
Persoalan administrasi ini, lanjut dia, tak hanya terjadi sekali. Sepanjang tahun anggaran ini, Didiek mengingat pemerintah pusat telah mengembalikan sebanyak empat kali pengajuan yang telah disampaikan.
ANANG ZAKARIA