"Investasinya US$ 80 ribu sampai US$ 90 ribu per pesawat per bulan," ujar Direktur Utama Merpati Nusantara, Bambang Bhakti, di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Jakarta, Rabu (11/11) siang.
Dia menargetkan pesawat itu datang tahun depan. "Tujuh ATR diharapkan bisa operasi triwulan I," ujar Bambang. Selain biaya investasi di atas, Merpati juga mengeluarkan Rp 3,5 miliar untuk biaya perizinan, pelatihan mekanik dan pilot.
Saat ini, tingkat isian penumpang Merpati tercatat 6.000 kursi per hari. "Dengan pengadaan pesawat tersebut diproyeksikan bisa mencapai 12.000 kursi per hari," ucap Bambang.
Akhir September lalu, pemerintah memutuskan untuk mengubah konsep perusahaan penerbangan pelat merah PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). Selain melayani rute utama wilayah timur, Merpati juga akan menjadi penerbangan komuter pada 2012.
Ketua Tim Restrukturisasi Sahala Lumban Gaol menjelaskan, pada tahun itu Merpati akan melayani rute-rute jarak pendek, terutama ke pulau-pulau kecil yang tak membutuhkan landasan pacu.
"Merpati butuh pesawat berbadan kecil 30-50 kursi. Konsepnya sedang digodok," ujarnya saat ditemui usai penekenan nota kesepahaman PT Geo Dipa Energy dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (29/9).
Karena neraca keuangan yang belum baik, perseroan tak bisa mencari pinjaman untuk penyediaan kebutuhan pesawat. Menurut Sahala, Merpati bisa menyewa, mencari pembiayaan proyek termasuk dengan bank daerah, atau bekerja sama dengan pemerintah daerah.
REZA MAULANA