Asumsi ahli geologi itu didasarkan pada penelitian permukaan lumpur tanpa menghitung cadangan lumpur di bawah permukaan tanah. Cadangan lumpur, kata Zulkarnain, tak pernah dihitung karena alasan biaya penelitian yang mahal. Sejauh ini, perhitungan cadangan lumpur tak dibutuhkan untuk penanganan lumpur. Badan lebih mengutamakan penanganan luapan dengan membuat tanggul penahan.
Ia menilai data Sofwan tentang jumlah lumpur yang keluar dari semburan juga tak akurat. Alasannya, sejak Pebruari 2009 tak ada alat yang mencatat semburan lumpur setelah tanggul cincin tenggelam. Sebab, alat pengukur volume lumpur ikut tenggelam karena berada di pipa over flow yang terpasang di tanggul cincin. Saat awal semburan, volume lumpur sekitar 40 ribu meter kubik per hati, naik menjadi 80-100 ribu meter kubik perhari.
Untuk menyedot semburan lumpur, BPLS memasang sebanyak 9 unit pompa masing-masing berkapasitas antara 0,2-0,8 meter kubik per detik. Lumpur tersebut disedot untuk dialirkan melalui sungai Porong menuju lautan. Hingga kini, hanya lima pompa yang beroperasi menyedot lumpur panas. Saat ini tengah didatangkan sekitar empat pompa yang sebelumnya digunakan untuk reklamasi pantai di sejumlah daerah. EKO WIDIANTO.