"Kadang anggaran yang diajukan dicoret (tidak disetujui)," kata Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Riza Hashim, saat dihubungi, Jumat (20/11).
Terowongan tersebut menghubungkan Stasiun Jakarta Kota dengan jalan di depan Museum Bank Mandiri. Pembangunan terowongan dimulai pada 2006. Namun, penggalian lahan yang akan dijadikan terowongan dilakukan pada 2005.
Pembangunan terowongan penyeberangan orang itu menggunakan metode jacking. Metode serupa pernah digunakan saat membangun terowongan Dukuh Atas pada 1992.
Panjang terowongan itu sekitar 24 meter, lebar dalam 8,10 meter, dan lebar luar 10,10 meter. Antara Stasiun Kota dan Museum Bank Mandiri terdapat taman. Pada bagian tengah taman, tanah digali sedalam 6,5 meter. Area itu merupakan tempat penyeberangan. Air mancur yang semula berada di sebelah selatan taman dipindah ke tengah area penyeberangan.
Pemerintah Jakarta optimistis terowongan itu selesai tepat waktu. Saat ini, pembangunan terowongan itu belum rampung. Terowongan memang telah dapat dilalui penyeberang jalan. Namun, belum semua ruang berfungsi optimal. Misalnya, ruang istirahat bagi sopir bus Transjakarta yang rencananya dibangun di bawah taman.
Ruang yang tersedia dan dapat digunakan para penyeberang jalan adalah musala dan toilet. Selain itu, kursi yang melingkar di sekitar air mancur dimanfaatkan para penyeberang jalan sebagai ruang tunggu dan pertemuan.
Sebagian besar dinding terowongan saat ini belum dilapisi keramik. Pelapisan baru dilakukan pada dinding di sekitar tangga menuju Museum Bank Mandiri. Sejumlah bahan bangunan di tumpuk di salah satu sudut terowongan. Debu dari bahan bangunan menyesakkan pengguna terowongan yang melintas.
Sejumlah kabel tampak tidak terpasang rapi. Langit-langit terowongan pun belum tertutup rapi. Selain itu, air menetes di beberapa titik atap terowongan itu.
Rencana awal, sebagian terowongan akan diisi kios pedagang. Namun, kios-kios itu belum tampak hingga kini. Sejumlah pengemis duduk di tangga menuju Museum Bank Mandiri maupun Stasiun Kota.
Kepala UPT Kota Tua, Chandrian Attahiyat, terowongan penyeberangan orang itu tak mendukung mobilitas wisatawan yang ingin berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta atau Taman Fatahillah. Alasannya, pengunjung taman masih harus menyeberang jalan dari Stasiun Kota ke Museum Sejarah. Padahal, kendaraan yang melintas di depan stasiun pada hari kerja sangat padat. "Terowongan itu belum mempermudah orang yang mau ke Taman Fatahillah," ujarnya.
Pemerintah Jakarta Barat berencana mengatur arus lalu lintas di kawasan Kota Tua. Tujuannya, mengurai kemacetan yang tiap hari terjadi di wilayah itu. Sekitar 21 titik penyebab arus lalu lintas di Kota Tua tersendat.
KURNIASIH BUDI