TEMPO Interaktif, Nusa Dua - Pemerintah akan membangun beberapa kluster industri kelapa sawit di berbagai kawasan ekonomi khusus. Pemerintah berjanji akan menyediakan infrastruktur dasar untuk kluster tersebut seperti pelabuhan dan jalan.
"Pemerintah berencana kluster industri berbasis kelapa sawit di beberapa kawasan," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa saat membuka Konferensi Kelapa Sawit Indonesia di Nusa Dua, Bali, Rabu (2/12).
Menurut Hatta, ada lima kluster yang akan dibangun yakni di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Tiga kluster yang sudah siap dibangun berada di Maloy (Kalimantan Timur), Kuala Enok (Riau), dan Sungai Mangke (Sumatera Utara). Di lokasi-lokasi tersebut akan dibangun industri pendukung kelapa sawit.
Dia mengatakan pemerintah akan mengundang swasta untuk ikut membangun kluster tersebut.
"Duta besar Jepang sudah menyatakan minatnya berinvestasi di kluster tersebut," ujarnya.
Hatta mengungkapkan pembangungan infrastruktur sangat penting untuk mengatasi hambatan penyempitan arus (bottlenecking) lalu-lintas barang. Meski tak mengetahui dana yang disiapkan, ia memastikan pembangunan infrastruktur itu masuk dalam program 100 hari pemerintah.
Ia mengungkapkan pembangunan kluster tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit. Sehingga industri kelapa sawit di Indonesia tak hanya di hulu tapi hingga ke hilir."Itu juga bisa membuka lapangan pekerjaan," ujarnya.
Hatta mengatakan pemerintah juga akan memberikan insentif non-fiskal untuk pengembangan industri hilir kelapa sawit. Namun soal bentuk insentif dimaksud, sejauh ini masih dirumuskan.
Menteri Pertanian Suswono yang turut hadir dalam acara tersebut menambahkan, pemerintah juga akan memberikan insentif bagi swasta untuk membantu meningkatkan produktivitas minyak sawit dari perkebunan rakyat.
Saat ini produksi minyak sawit Indonesia masih kalah dari Malaysia. Dari 7,9 juta hektar lahan kelapa sawit, Indonesia baru bisa memproduksi 19 juta ton minyak sawit mentah. Sedangkan Malaysia mampu memproduksi 16 juta ton minyak sawit mentah dari lahan seluas 4 juta hektar.
Hal itu disebabkan sebagian lahan kelapa sawit di Indonesia masih perkebunan rakyat yang produktivitasnya sangat rendah yakni 1,5-2 ton minyak sawit. Sementara produktivitas perkebunan yang diolah swasta bisa mencapai 7 ton minyak sawit. "Ini akan kami kembangkan dengan insentif yang sedang dirumuskan,' ujarnya.
Dia berharap swasta bisa membina perkebunan rakyat untuk meningkatkan produktivitasnya. Jika produktivitas minyak sawit dari perkebunan rakyat meningkat, ia yakin Indonesia bisa memenuhi kebutuhan biofuel. "Sawit bisa jadi andalan," katanya.
Dia menjelaskan saat ini terdapat 18 juta hektar lahan potensial untuk kelapa sawit. Sebanyak 7,9 juta hektar di antaranya sudah dimanfaatkan, dan 9,7 juta hektar sudah mengantongi izin prinsip. Selain itu masih ada 1,8 juta hektar sudah memiliki izin tapi belum ada kegiatan.
"Lahan potensial itu maksudnya bisa dikelola tanpa merusak hutan," katanya.
DESY PAKPAHAN