TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebuah pembangkit listrik tenaga mikrohidro segera dibangun di Bendung Gerak Serayu. Proyek tersebut diperkirakan menelan biaya US$ 10 juta (Rp 94 miliar).
"Setiap satu megawatt listrik dibutuhkan investasi satu juta dolar," kata Direktur Utama PT Satria Mikrohidro Perkasa, Gunawan Budi Raharjo, usai peletakan batu pertama proyek tersebut, Jumat (4/12).
Ia mengatakan proyek tersebut didanai oleh konsorsium yang beranggotakan PT Satria Mikrohidro, Institut Teknologi Bandung, dan Pemerintah Banyumas melalui PT Banyumas Investama Jaya. ITB menyetor modal awal sebesar 25 persen, Banyumas 15 persen, dan sisanya PT Satria.
Gunawan mengatakan, untuk tahap awal, akan dibangun empat pembangkit dengan kapasitas produski mencapai 10 megawatt. Selanjutnya, pembangkit tersebut akan ditambah kapasitasnya menjadi 16 megawatt. "Nantinya listrik akan kami jual ke PLN sebesar Rp 500 per kWh," terangnya.
Ia menjamin pembangunan pembangkit tersebut tidak akan merusak lingkungan dan mengurangi debit air karena pembangkit hanya akan memanfaatkan aliran air yang keluar dari Bendung Gerak Serayu.
Bupati Banyumas Mardjoko yang hadir dalam acara tersebut mengatakan dengan berdirinya pembangkit tersebut Banyumas akan mendapatkan pendapatan asli daerah. "Ini cukup prospektif bagi daerah dan saya mengundang pengusaha lokal untuk berinvestasi di bidang ini," katanya.
Ia mengatakan Pemerintah Jawa Tengah juga sedang membangun pembangkit mikrohidro di daerah terisolir di Banyumas. "Khusus daerah ini listriknya gratis karena memang sulit dijangkau jaringan listrik," katanya.
Indratmo Soekarno dari Lembaga Afiliasi Peneliti dan Industri Institut Teknologi Bandung mengatakan ITB berkomitmen untuk membangun pembangkit mikrohidro yang ramah lingkungan sebagai jawaban atas krisis listrik. "Kami terlibat dalam pembangunan delapan proyek serupa di seluruh Indonesia," katanya.
Indratmo mengatakan mikrohidro merupakan pembangkit listrik yang bisa mengurangi bahan bakar karbon yang mencemari lingkungan. Selain itu, prospek investasi pembangkit tersebut juga cukup menjanjikan. "Ada listrik yang kami desain laku hingga Rp 650 per kWh," katanya.
Ia berharap banyak daerah yang akan mengikuti jejak Banyumas dalam membangun pembangkit mikrohidro. "Bisa menambah PAD, ramah lingkungan, dan memperluas lapangan kerja," ujarnya.
Gunawan menambahkan, pembangunan fisik akan dimulai pada tahun depan. Saat ini, proses yang sedang dilakukan adalah survei topografi untuk meneliti di mana turbin akan diletakkan.
ARIS ANDRIANTO