Menurut Obar, pengobatan filariasis baru menjangkau 2,1 juta penduduk Kabupaten Bandung. Masih tersisa 700 ribu lagi warganya yang belum mendapatkan pengobatan itu. Karena itu, pemerintahannya tengah menyusun optimalisasi pengobatan itu diantaranya dengan melakukan sosialisai dan mendata yang belum diobati.
Obar mengklaim, pengobatan itu didukung warganya. Meski pun, pengobatan masal tahap pertama November lalu sempat diduga menjadi sebab meninggalnya 8 warga Kabupaten Bandung. Ia membantah kasus kematian itu dikarenakan pengobatan filariasis. "Menurut ahli juga, obat cacing itu tidak menyebabkan kematian," katanya.
Kendati, kata Obar, pengobaan tetap menghasilkan dampak - di antaranya mual-mual. Gejala itu, menurutnya, dari penjelasan para ahli - dirasakan bagi mereka yang mengidap cacing filariasis di tubuhnya."Itu karena (cacing) hancur di dalam, makanya enek, kita muntah-muntah," kata Obar.
Dia belum memutuskan kapan akan digelar pengobatan masal lanjutan penyakit kaki gajah di wilayahnya. "Akan kita lakukan lagi, akan kita tuntaskan," katanya.
Obar mengatakan, sisa warga yang belum mendapatkan pengobatan itu tersebar di 31 kecamatan di wilayahnya. Di antara yang belum terjangkau, paparnya, termasuk warga yang bekerja di luar Kabupaten Bandung.
Di wilayah Kabupaten Bandung, Kecamatan Majalaya dan sepuarannya tergolong paling rawan penyakit itu. Kasus efek samping pengobatan itu paling besar di wilayah itu. "Makanya waktu itu terjadi banyak yang sakit-sakit di Majalaya," kata Obar.
Untuk pengobatan masal kaki gajah, Pemerintah Kabupaten Bandung menyiapkan anggaran Rp 2 miliar. Dana itu akan disiapkannya setiap tahun anggaran untuk menuntaskan pengobatan penyakit itu.
AHMAD FIKRI