"Kami menolak," ujar Ketua Rukun Warga di Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Aen Marhaen, Kamis (7/1).
Kelurahan Kademangan adalah salah satu kelurahan yang berbatasan langsung dengan lokasi yang akan dijadikan tempat pembuangan sampah akhir tersebut. Ada beberapa kampung dihuni oleh ribuan kepala keluarga yang tinggal dekat area pembuangan sampah itu. Kampung tersebut di antaranya adalah kampung Nambo, kelurahan Serpong. Jarak kampung itu hanya beberapa meter saja dari tempat pembuangan akhir.
Menurut Aen, sikap menolak warga didasari janji-janji pemerintah daerah setempat yang tidak penah direalisasikan. Menurut dia, sudah tiga kali dilakukan kesepakatan, selalu diingkari Pemerintah Tangerang Selatan.
Ia menyebutkan kesepakatan terakhir pada Agustus 2009, pemerintah Tangerang Selatan akan menyiapkan tungku bakar gravitasi untuk mengolah sampah di lokasi itu. "Dengan tungku ini, sampah dibakar sampai habis dan tidak mengotori area sekitar. Jadi sampah tidak menumpuk," kata dia.
Warga juga menuntut uang kompensasi kesehatan dan keamanan yang dihitung berdasarkan truk sampah yang masuk ke wilayah itu dengan besaran Rp 15 ribu per rit dan Rp 5.000 per bulan untuk kas RT.
Selain itu, untuk masuk ke kas RW, warga setempat meminta kompensasi dua kali lipat dari kompensasi yang diberikan ke RT, perbaikan jalan desa dan pemasangan lampu penerangan di sekitar tempat pembuangan akhir. "Tapi itu semua tidak dilaksanakan, PJU yang sudah dipasang saja tidak dihidupkan. Untung saja tidak dihancurkan warga," kata Aen.
Kelurahan Kademangan berada di bagian atas Tempat Pembuangan Akhir Cipeucang, sedikitnya 1.000 kepala keluarga yang berada di enam rukun tetangga menetap di sana. Ketua Rukun Tetangga setempat, Chaerudin, menyatakan hal senada. "Kalau tuntutan warga belum dipenuhi, sampah dilarang masuk kesini," kata dia.
Cipeucang merupakan tempat pembuangan akhir sampah sementara yang berlokasi di Serpong sekitar 1 kilometer dari Pasar Serpong. Lahan seluas 2,4 hektare itu awalnya hanya tempat pembuangan sampah pasar Serpong sejak 20 tahun lalu.
Karena berkembangnya wilayah dan jumlah penduduk yang semakin padat, berangsur-angsur tempat tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah permanen di wilayah Kabupaten Tangerang." Hampir 35 rit truk sampah setiap harinya masuk ke sini," ujar Jaenal, seorang pemulung.
Menurut Jaenal, truk-truk sampah itu berasal dari seluruh wilayah di Tangerang Selatan. Sekitar dua tahun lalu, Jaenal mengungkapkan warga menghentikan aktivitas pembuangan sampah di sana. Sebab jumlah timbunannya sudah menggunung dan saat itu bertepatan dengan banjir yang menggenangi tempat pembuangan akhir itu dan rumah warga.
Sejak musibah banjir yang sempat merusak jembatan di sana, warga merasa trauma dan menawarkan tuntutan kepada pemerintah. Sejak Tangerang Selatan resmi memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang, menurut Jaenal, volume truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA itu hanya sedikit. "Paling enam truk setiap harinya," kata dia.
Namun, sejak tiga hari ini, kata Jaenal, tidak satupun truk sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir itu. "Katanya gak ada angkutan, karena truknya diambil Kabupaten Tangerang," ucap dia.
Berdasarkan pantauan Tempo, sampah di Tempat Pembuangan Akhir Cipeucang menumpuk cukup tinggi. Sesampai di sana, sampah hanya dibuang dan ditumpuk, tidak diolah. Kondisi ini menguntungkan puluhan pemulung yang ada di sana. "Kalau sampahnya banyak yang datang, kami panen, tapi kalo sepi begini yah gak ada rezeki," kata Jumain, 60 tahun, salah seorang pemulung yang sudah 10 tahun menetap di sana.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan saat ini tengah bermasalah dengan sampah. Mereka kebingungan menangani sampah di kota baru itu setelah Kabupaten Tangerang menghentikan pelayanan sampah yang diikuti dengan penarikan 38 armada sampah dan melarang Tangerang Selatan membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir Jatiwaringin, Mauk.
Pemerintah daerah setempat menjadikan Tempat Pembuangan Akhir Cipeucang sebagai alternatif. "Sekarang sedang dibenahi," ujar Penjabat Walikota Tangerang Selatan, Shalet MT, dengan penuh keyakinan.
Menurut dia, di sana akan dibangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu dengan teknologi tungku bakar.
JONIANSYAH