Kesepakatan itu terjadi setelah pertemuan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dengan Duta Besar Amerika Serikat, Cameron Hume. Hatta menjelaskan PT Industri Kereta Api dan General Electric telah memiliki usaha patungan di bisnis lokomotif sejak enam tahun silam. Namun karena masalah kebijakan pajak dan bahan bakar, kerjasama itu vakum.
"Akan ada pembicaraan lagi, terutama Menteri BUMN untuk mendorong penyelesaian," ujarnya ditemui di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (26/1). Rencana bisnis lokomotif antara kedua perusahaan itu telah ada sejak Hatta menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi.
Dalam pertemuan dengan 63 pengusaha dari US-ASEAN Business Council, Rabu (27/1) esok, pemerintah akan membicarakan rincian penyelesaian bisnis patungan itu. "Kerja sama yang strategis sekali," kata dia.
Sebab, pemasaran lokomotif tak hanya di Indonesia tapi juga regional. Bahkan General Electric berniat menjadikan bisnis ini menjadi basis mereka di regional Asia.
Selain dengan General Electric, besok Hatta dijadwalkan bertemu dengan pengusaha lain, baik yang telah berbisnis di Indonesia maupun investor baru. Malam ini para pengusaha akan bertemu dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sebelumnya Duta Besar Cameron Hume mengaku Indonesia memiliki potensi investasi yang baik.
"Ada banyak sekali bisnis dan investasi yang kami bicarakan," kata dia. Namun, Hume enggan menjelaskan sektor bisnis dan investasi yang dibicarakan oleh kedua wakil pemerintah itu.
RIEKA RAHADIANA