Ayam yang mati tersebut kebanyakan terjadi di Desa Tegalpingen dan Tumanggal, Kecamatan Pengadegan, Purbalingga. Peternak terpaksa mengubur dan membakar ayam yang mati tersebut.
Madiono, 49 tahun, peternak di Desa Tegalpingen mengatakan ayam yang mati telah berumur 16-18 bulan. "Setiap hari saya membakar 50 - 60 bangkai ayam petelur yang mati mendadak," kata Madiono, Kamis (28/1).
Madiono mengatakan pemusnahan dengan cara dibakar supaya virus AI tidak menular ke
peternakan lainnya. Sebab, kata dia, Tegalpingen dan Pengadegan merupakan sentra peternakan rakyat ayam petelur. Madiono yang sebelumnya memiliki 1.600 ekor kini yang tersisa tinggal 1.100 ekor, sebanyak 500 ekor ayam mati secara massal selama dua pekan terakhir.
Kasus kematian ayam secara mendadak juga ditemukan di peternakan milik Asmini, 50 tahun, warga Tumenggal. Bahkan dia sudah kehilangan 5.000 ekor ayam petelurnya. “Dalam sehari ditemukan puluhan bahkan beberapa hari terakhir sudah seratusan bangkai ayam," jelas dia.
Sebagian bangkai ayam di potong-potong untuk makanan lele dumbo dan sebagian lainnya dikubur karena jumlah ayam yang mati sangat banyak.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Purbalingga Suhartono mengakui kematian ayam secara massal positif flu burung. Dalam dua pekan terakhir setidaknya ada 5.500 ekor ayam petelur yang mati di dua desa Kecamatan Pengadegan. "Hasil survei tim dari Disnakan penyebab kematian ayam petelur di Pengadegan adalah flu burung," kata dia.
ARIS ANDRIANTO