TEMPO Interaktif, London - Para pejuang Taliban ditawari Rp 4,6 triliun dan pekerjaan jika mereka meletakkan senjata, memutuskan hubungan mereka dengan Al-Qaidah dan mendukung pemerintah Afghanistan yang dipimpin Presiden Hamid Karzai. Hal ini disetujui dalam konferensi internasional di London kemarin.
Namun, keputusan untuk menawarkan uang itu - Rp 1,3 triliun di antaranya diberikan tahun depan - dikritik telompok-kelompok Afgan, termasuk beberapa organisasi wanita, yang khawatir akan kembalinya Taliban ke posisi yang berpengaruh dalam pemerintah Afghanistan. Mereka mengatakan masyarakat internasional sedang mencoba menyuap para ekstremis.
Para pejuang itu akan ditawari uang tunai, pekerjaan dan jaminan mereka tidak akan ditangkap oleh Afganistan atau pasukan militer asing, jika mereka setuju untuk menghentikan pertempuran. Skema ini telah dimulai dengan sumbangan Rp 460 miliar dari pemerintah Jepang.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, berbicara pada konferensi Lancaster House yang dihadiri oleh 70 negara mengatakan bahwa dana perdamaian dan rekonsiliasi ini dirancang untuk membawa anggota Taliban yang tidak puas kembali ke masyarakat, asalkan mereka meninggalkan kekerasan dan setuju untuk mematuhi konstitusi Afganistan.
Presiden Karzai berkata: "Kita harus menjangkau semua warga negara kita, terutama saudara-saudara kita yang bukan bagian dari Al-Qaidah."
Dia mengatakan akan memanggil dewan pemimpin suku untuk membahas rekonsiliasi nasional dan bahwa anggota Taliban akan diundang, meskipun ia tidak akan berbicara dengan Al-Qaidah, ia menekankan.
Namun, tawaran itu segera ditolak oleh Taliban, yang mengatakan: "Pejabat-pejabat di bawah kepemimpinan Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown ingin menipu masyarakat dunia dengan menggelar konferensi London untuk menunjukkan bahwa orang masih mendukung mereka."
IRISHTIMES | EZ