TEMPO Interaktif, Surakarta - Harga beras di pasar tradisional di Surakarta, Jawa Tengah, yang cukup tinggi diperkirakan sulit untuk kembali turun. Salah satu penyebab tingginya harga beras adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga pembelian pemerintah yang dilakukan Badan Urusan Logistik.
"Harga beras saat ini stabil di titik yang tinggi," kata Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surakarta, Corina Endang Puji Astuti ketika ditemui wartawan, Senin (8/2).
Pihaknya telah melakukan pemantauan di sejumlah pasar tradisional yang ada di Surakarta. Hasilnya, harga beras yang satu bulan lalu masih seharga Rp 6.500 per kilogram saat ini sudah mencapai Rp 7.000 tiap kilogramnya.
Corina mengatakan, harga kenaikan harga beras dipicu oleh harga baru pembelian beras yang dilakukan Bulog. "Kebijakan tersebut diambil untuk menambah pendapatan petani," kata dia. Di samping itu, tren kenaikan harga beras memang selalu terjadi menjelang masa panen.
Sedangkan hasil panenan pertama biasanya baru sampai di pasaran pada awal Maret. Selama menunggu hasil panen tersebut, harga masih berpotensi untuk terus naik. "Untung pemerintah mulai membagikan beras untuk keluarga miskin," kata Corina. Pembagian tersebut, menurutnya, dapat meredam harga beras agar tidak terus naik.
Baca Juga:
Sedangkan hingga saat ini, Pemerintah Kota Surakarta juga belum merencanakan untuk melakukan operasi pasar. Alasannya, kenaikan harga beras masih dinilai wajar. "Belum sampai 25 persen," kata Corina.
Pihaknya juga akan menunggu hingga musim panen tiba. Jika harga beras masih naik, baru pihaknya akan mengkaji untuk melakukan operasi pasar.
Kepala Bulog Sub Divisi Regional III Surakarta Nono Sukrono mengatakan, operasi beras merupakan kewenangan dari pemerintah daerah. "Kita hanya menyediakan berasnya," kata dia.
Dia membenarkan jika harga beras saat ini sulit untuk turun, meskipun musim panen telah tiba. "Jika pun turun mungkin hanya sekitar lima persen," kata dia.
Sedangkan pembagian beras miskin juga tidak begitu memberi pengaruh. Sebab, gelontoran beras miskin langsung diterima oleh masyarakat tanpa melalui pasar. "Tapi minimal bisa menahan agar harga tidak terus naik," kata dia.
Nono menjelaskan, mulai awal tahun ini Bulog membeli beras dari petani dengan harga Rp 5.060 per kilogram. Sebelumnya mereka hanya membeli dengan harga Rp 4.600. Sedangkan untuk gabah kering panen, harga yang tahun lalu hanya Rp 2.400 per kilogram saat ini dinaikkan menjadi 2.640 per kilogram. Harga tersebut berlaku secara nasional.
Ahmad Rafiq