Kekayaan ini terungkap dalam seminar sains dan teknologi, sesi Kimia, Teknik Kimia dan Bioteknologi, yang digelar Indonesia Toray Science Foundation, Rabu (10/2). “Dari jenis-jenis itulah saya mengambil sampel 18 diantaranya yang paling efektif membongkar Polyaromatic Hydrocarbon, senyawa dalam tumpahan minyak yang bisa menyebabkan kanker dan mudah bermutasi dalam tubuh,” ungkap Ahmad Thontowi, peneliti bioteknologi lingkungan di Pusat Penelitian bioteknoogi LIPI.
Dalam seminar itu Ahmad Thontowi mempresentasikan penelitiannya menganalisis gen dioksigenase Polyaromatic Hydrocarbon (PAH) dari bakteri laut pribumi. “Penelitian di bidang ini kebanyakan dilakukan di luar negeri, dengan bakteri asing,” katanya.
Pentingnya pemetaan para bakteri itu penting karena teknik bioremediasi tumpahan minyak di laut jauh lebih murah ketimbang cara manual dengan mengurasnya secara fisik. Arah penelitian yang dilakukan Thontowi adalah menggunakan pasukan bakteri itu dengan cara biostimulasi. “Tidak dengan menyebar bakteri-bakteri itu di lokasi perairan yang tercemar, tapi justru memupuk populasi bakteri yang ada,” jelasnya.
Potensi pencemaran minyak di Indonesia, kata Thontowi, bisa berasal dari Laut Timor dan sepanjang rute tanke minyak mulai dari Selat Malaka, Selat Sunda, Kepulauan Seribu sampai perairan Lombok. Ia lalu mencontohkan satu kasus minyak tumpah dari kapal tanker di perairan Alaska pada 1989 lalu. “Biaya untuk memblokir tumpahan saat itu yang seluas 200 kilometer persegi saja sudah mencapai US$ 2,5 miliar,” katanya.
(WURAGIL)