"Saya melakukan ini, karena sudah tidak punya uang sama sekali," kata S, saat ditemui di rumah kontrakkan berukuran 3x5 meter, yang baru ditempati selama tiga hari, di Kampung Beting, Koja, Jakarta Utara, Minggu (14/2).
Isi kandungan yang bakal menjadi anak kedua wanita kelahiran
Bogor itu telah ditawarkan kepada dua orang yang siap membeli seharga sekitar Rp 1 juta. Sedangkan anak pertama wanita tersebut yang berusia 10 tahun dirawat oleh orang tua suaminya, di Palopo, Sulawesi Selatan.Hanya, saat ditanya siapa calon pembeli anaknya, ia menolak menyebutkan identitasnya. Alasannya ia takut dan tidak ingin masalah ini menjadi panjang. "Tapi saya memberi syarat ke mereka (calon pembeli) supaya tetap bisa menengok anak," ujar wanita tersebut.
Ia dan suaminya yang berusia 29 tahun, berdalih terpaksa melakukan perbuatan melawan hati nurani ini dengan alasan kemiskinan. Situasi keduanya diperparah dengan pemecatan sang suami yang bekerja sebagai juru mudi kapal tongkang milik PT Inti Lintas Tirta Nusantara, sejak Januari lalu.
Sehingga, selain untuk membayar utang, uang tersebut juga bisa dipakai sebagai biaya pascapersalinan. Sedangkan utang sebesar Rp 550 ribu kepada seorang pemilik rumah kontrakan yang pernah ia tinggali sebelumnya, di Kampung Sawah, Tanjung Priok, itu harus dilunasi sebelum 22 Februari.
Baca Juga:
Tujuannya, agar ijazah dan buku pelaut milik suaminya yang dijaminkan bisa segera diambil untuk keperluan pekerjaan. "Karena dia mendapat tawaran berlayar ke
Banjarmasin pada tanggal 22 Februari," kata dia.Pada tanggal tersebut, sang wanita juga harus membayar kekurangan uang kontrak rumah yang ia tempati saat ini sebesar Rp 250 ribu. Sebelumnya, ia telah membayar Rp 50 ribu kepada pemiliknya, agar bisa tinggal di rumah itu.
Perwakilan Forum Bersama Penggugat Kampung Beting Ricardo Hutahaean, yang kerap memperhatikan kehidupan warga Kampung Beting, menganggap cara wanita tersebut merupakan salah satu modus penjualan anak. Pasalnya, Ricardo melanjutkan, kejadian serupa sudah pernah terjadi di perkampungan itu.
"Mereka menjual anak dengan dalih mengganti ongkos persalinan," kata Ricardo. "Dengan harga rata-rata dibawah Rp 5 juta."
Saat Tempo berkunjung, lingkungan sekitar dan rumah sang wanita tersebut cukup memprihatinkan. Selain berada di ujung gang sempit, jalan menuju rumah itu digenangi banjir setinggi mata kaki.
Rumah berdinding batako ini hanya beratapkan asbes seadanya. Sirkulasi udara di dalam rumah hanya ditopang oleh satu jendela dan pintu di bagian depan.
Ruangan lain di dalam rumah itu hanya sebuah kamar mandi tanpa pintu dengan dinding berlumut. Satu-satunya penerangan di rumah yang hanya memiliki satu tempat tidur tersebut berada di tengah-tengah ruangan berupa lampu pijar.
WAHYUDIN FAHMI