Nilai tender itu mencapai Rp 1,1 triliun per tahun, dengan harga batu bara rata-rata Rp 400 ribu per ton.
Soal harga, Nur mengatakan, PLN memakai komponen harga fixed (tetap) dan variabel yang disesuaikan pada Indonesia Coal Price Indeks, harga bahan bakar minyak serta kurs rupiah terhadap dolar. "Masing-masing perusahaan diperbolehkan memasok ke maksimum enam lokasi," katanya.
PLN, lanjut Nur, berharap setiap pembangkit dipasok oleh paling sedikit tiga perusahaan. Hal tersebut untuk menjamin keamanan pasokan jika salah satu produsen bermasalah.
Pemenang tender pengadaan batu bara itu adalah Konsorsium PT Bina Insan Sukses Mandiri dan PT Tiramanan, Konsorsium PT Energi Batubara Lestari dan PT Batara Batari Sinergy Nusantara, PT Anzawara Satria, Konsorsium PT Selatan Selabara dan PT Fajar Visikalam, serta Konsorsium CV. Karya Utama Banua dan PT Daya Bambu Sejahtera.
Pembangkit yang dipasok sebanyak 10 buah, yaitu PLTU Nagan (280 ribu ton per tahun), PLTU Pangkalan Susu (480 ribu ton per tahun), PLTU Teluk Sirih (460 ribu ton per tahun), PLTU Bangka Baru (315 ribu ton per tahun), PLTU Balitung (180 ribu ton per tahun), PLTU Bengkalis (140 ribu ton per tahun), PLTU Selat Panjang (130 ribu ton per tahun), PLTU Tanjung Balai Karimum (130 ribu ton per tahun), PLTU Tarahan Baru (280 ribu ton per tahun), dan PLTU Asam-Asam (540 ribu ton per tahun).
SORTA TOBING