TEMPO Interaktif, Magelang - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Magelang melaporkan salah satu penyebab amblesnya jembatan pengganti Trinil karena bahan materialnya buruk.
“Pakai kayu gluguh (batang pohon kelapa), masih muda lagi,” kata Ketua Komisi C Hibatun Wafiroh, Rabu (24/3) sore.
Kesimpulan ini, lanjut dia, diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pihak Dewan, kepolisian, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang, Rabu siang. Dalam peninjauan itu, tim ini menemukan kayu yang dipakai pun telah lapuk. Hingga kekuatannya diragukan.
Dia menyayangkan sikap kontraktor pengerjaan jembatan pengganti yang mengabaikan kualitas bahan material. Dia menilai kontraktor rekanan Dinas Pekerjaan Umum telah lalai dalam pengerjaan. Sehingga, awal Maret lalu, jembatan darurat yang dipasang setelah jembatan Trinil amblas setahun lalu itu kembali amblas.
Dia meminta, Dinas Pekerjaan Umum mengawasi lebih ketat perbaikan jembatan pengganti itu. Kayu yang dianggap tidak sesuai harus diganti dengan kayu yang lebih kuat. “Semestinya (sesuai perencanaan) yang digunakan adalah kayu Kalimantan,” kata dia.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang Haryanto mengatakan pengerjaan perbaikan itu belum mencapai tahap akhir. Pihak kontraktor pengerjaan proyek belum secara resmi menyerahkan ke pemerintah. Dinas akan mengevaluasi kualitas bahan materialnya setelah diserahkan. “Akan kami sortir lagi. Yang kualitasnya jelek, tidak akan dipakai,” kata dia.
Jembatan Trinil, merupakan jembatan penghubung antara Desa Kalijoso Kecamatan Secang dan Desa Banjarsari Kecamatan Windusari Magelang. Februari 2009 silam, jembatan ini amblas akibat diterjang air bah. Sebagai penggantinya pemerintah membangun jembatan darurat. Sayangnya, awal Maret lalu, jembatan darurat ini pun kembali amblas diterjang air sungai.
Amblasnya jembatan ini berkali-kali diperkirakan bukan hanya karena kualitas bahan saja. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Magelang Sad Priyo Putro menduga amblasnya jembatan juga karena dasar sungai yang tergerus akibat penambangan pasir. Akibatnya berpengaruh terhadap kekuatan pondasi jembatan ini.
Sejauh ini, lanjut dia, bersama tim Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Dewan tengah menguji dugaan itu. “Tapi belum ada hasilnya,” kata dia.
ANANG ZAKARIA