TEMPO Interaktif, Makassar – Penderita HIV/AIDS atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dari kalangan perempuan mengharapkan diskriminasi terhadap mereka segera dihapus. Terutama menyangkut kewajiban menutup kandungan.
Semua ODHA perempuan diwajibkan menutup kandungan setelah melahirkan untuk menghindari kehamilan berikutnya yang dikhawatirkan dapat menimbulkan penularan virus terhadap bayinya.
Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Sulawesi Selatan Iskandar mengatakan wanita hamil yang positif HIV diberi perhatian dan terapi khusus selama masa kehamilannya yang disebut PMTCT.
Selain itu proses kehamilan harus secara caecar untuk menghindari penularan ke bayi. Dan setelah bayinya lahir, ia harus mengkonsumsi susu formula. Tidak boleh air susu ibu, kecuali jika air susunya dipanaskan hingga 80 derajat celcius.
“ODHA di satu sisi memiliki hak-hak termasuk memiliki keturunan. Di sisi lain mereka juga berkewajiban agar virus HIV di tubuhnya tak tertular ke orang lain,” kata Iskandar hari ini.
ODHA perempuan berhak untuk hamil dan melahirkan apalagi dengan adanya program pemerintah untuk mencegah penularan HIV terhadap bayi tersebut.
“Yang paling sensitif mengenai diskriminasi ODHA adalah kaum perempuan. Terutama pada pelayanan dan komunikasi dengan petugas medis,” kata Anti dari Ikatan Perempuan yang hidup dengan HIV dan yang Berdampak (IPPI), yang juga ODHA.
Ia sendiri mengaku memiliki seorang anak yang tak tertular HIV karena dibantu dengan PMTCT. Ia melanjutkan, melalui PMTCT sudah banyak terbukti HIV tidak tertular dari ibu ke bayinya.
Data IPPI menyebutkan pada Desember tahun lalu di Sulawesi Selatan, sebanyak 484 ODHA perempuan. Ini sebesar 15 persen dari total 3.105 ODHA di Sulawesi Selatan. Menurut Dewan Nasional IPPI Udha, sebagian besar ODHA perempuan adalah wanita yang telah menikah dan mempunyai anak.
“Diskriminasi terhadap ODHA perempuan sering dikaitkan dengan perempuan yang tidak beres atau sebuah aib. Padahal mereka kebanyakan justru tertular dari suaminya, yang baru ketahuan setelah suaminya meninggal ,” kata Udha.
Ia menambahkan, beban ODHA perempuan saat suaminya meninggal menjadi semakin berat karena ia juga harus membesarkan anaknya seorang diri, sedangkan mereka tak memiliki pekerjaan.
SUKMAWATI