Marie Pangestu mengatakan hal itu menghadapi pertanyaan para wartawan seusai Pertemuan Komisi Bersama dengan Menteri Perdagangan Cina, Chen Deming, di Yogyakarta, Sabtu (3/4).
Ia mengatakan, akibat krisis global, total ekspor Indonesia ke Cina pada 2009 turun dibanding 2008. Tapi turunnya sangat tipis. "Turunnya hanya US$100 juta," ujarnya. Pada 2008, ekspor ke Cina mencapai US$ 11,6 miliar sedang 2009 menjadi US$11,5 miliar.
Ekspor yang turun signifikan selama setahun itu adalah kategori minyak dan gas yakni mencapai minus 10 persen. Sebaliknya, bidang di luar minyak dan gas, angkanya meningkat yakni dari US$ 7,8 miliar menjadi US$8,9 miliar. "Itu berarti, walaupun terjadi krisis global, ekspor kita ke Cina tetap meningkat," tegasnya.
Peningkatan nilai ekspor ini terus terjadi pada tahun ini. Menurut Mari
Marie Pangestu, pada Februari 2009, angka ekspor ke Cina mencapai sekitar US$2 miliar. Angka ini melonjak drastis dibanding bulan sebelumnya yang hanya US$840 juta.
Lonjakan 138 persen itu lebih tinggi dari kenaikan impor dari Cina--yang mulai Januari lalu dibuka pintunya lebar-lebar lewat perjanjian pasar terbuka Asean--yang angkanya "hanya" naik 50 persen.
Mari juga optimistis bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia ke Cina tahun ini akan tetap tinggi. Optimisme ini dilandasi dari pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini yang diperkirakan mencapai sembilan sampai 10 persen. "Jadi sebagai pasar, sebagai peningkatan pertumbuhan ekspor, ini sangat penting," tegas
Kategori yang diincar Indonesia untuk diekspor ke Cina terutama bidang pertanian. "Termasuk produk sarang burung," ujarnya menyebut makanan elit itu.
HERU CN