TEMPO Interaktif, Jombang - Abdurrahim, Ketua Asosiasi Pengusaha Rokok Indonesia (ASPRI) Cabang Kabupaten Jombang, Jawa Timur mengatakan, merebaknya isu filter rokok yang mengandung haemoglobin babi membuat sejumlah pengusaha resah. "Kami khawatir isu itu bisa menurunkan omset produksi," keluhnya, Jumat (09/04).
Ibarat jatuh lalu tertimpa tangga, demikian ia mengibaratkan nasib pengusaha rokok Indonesia. Dijelaskan, mulanya pengusaha kelabakan setelah didera kenaikkan harga pita cukai, yang kemudian disusul dengan fatwa haram merokok. Kecemasan semakin terasa setelah baru-baru ini muncul isu hemoglobin babi di filter rokok.
Jika hal itu dibiarkan, lanjutnya, 16 perusahaan rokok yang masih bertahan di Jombang ini bisa gulung tikar. Saat ini saja, setiap perusahaan sudah mengurangi produksinya, akibat sepi order. Jika biasanya produksi rokok mencapai puluhan bal dalam satu bulan, kini hanya belasan saja.
Sementara itu, sejumlah ulama pondok pesantren di Jombang menganggap isu kandungan babi dalam filter rokok itu hanya sebagai isu biasa, yang belum tentu kebenaranya.
KH Irfan Sholeh, Ketua Yayasan Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang mengatakan, secara dhohir filter rokok masih halal. Alasannya, kandungan babi dalam rokok tersebut belum diteliti secara benar oleh lembaga terkait. “Apalagi secara dhohir bentuknya masih berupa filter rokok,” kata kiai yang juga pecandu rokok ini. Meski demikian, dia berharap pemerintah melalui MUI (Majelis Ulama Indonesia) harus tegas mengeluarkan fatwa.
Namun, kata dia, fatwa tersebut harus sesuai dengan koridor hukum fiqih serta didahului dengan penelitian ilmiah dan akurat. “Jadi label halal haram itu bisa diterapkan secara benar,” pungkasnya.
MUHAMMAD TAUFIK