Suwito, warga Kebon Pisang, Tanjung Priok, dan Parto, warga Semper, Cilincing, meninggal di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara. Sedangkan Roni warga Kampung Bahari, Tanjung Priok, meninggal di rumahnya, sekitar pukul 05.00.
Sebelum meninggal, Suwito minum bersama tiga kawannya, di sekitar rel kereta Kampung Bahari, Ahad pagi sampai sore. Mereka membeli enam liter minuman oplosan itu seharga Rp 24 ribu per liter. Minuman itu ditenggak oleh delapan orang.
Dua teman Suwito, Jonikson, 40 dan Dian Kurniawan, 30, yang ikut dilarikan ke Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara, masih bisa ditolong. Hanya, kondisi Jonikson agak kritis dan harus menggunakan selang oksigen di hidungnya.
"Seorang teman saya, Kuming, tidak mengalami kondisi seperti saya," kata Dian, salah satu korban minuman oplosan, saat ditemui di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Koja.
Berdasar pengakuan Dian, minuman yang dibeli itu rasanya pahit seperti Jamu. Rasa pusing baru dirasakan sekitar Senin (12/4) pagi. "Kami rata-rata minum lebih dari sepuluh gelas," ujar buruh pelabuhan Tanjung Priok itu.
Sedangkan Parto dan Roni minum di kedai Jamu Abah, pada Sabtu (10/4) malam, bersama Sunaryo (42) dan Joni (38). Kini, dua warga Kampung Bahari tersebut sedang dirawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Koja, bersama korban lainnya.
Saat diwawancarai, Sunaryo mengaku sudah biasa minum di kedai Jamu Abah, dan telah dua kali mengalami kondisi serupa. "Saya memang minum banyak malam itu," kata Sunaryo, lirih.
WAHYUDIN FAHMI