TEMPO Interaktif, Tangerang - Pemerintah Kabupaten Tangerang mengakui jika alotnya pembahasan proyek Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Ciangir mentok di sistem teknologi yang akan diterapkan. "Karena banyak pilihan teknologi yang bisa digunakan," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, Benyamin Davnie, siang ini.
Benyamin mengakui jika sistem incenerator (pembakaran) masih menjadi pilihan sebagian anggota tim koordinasi kerjasama antar daerah (TKKSD) Kabupaten Tangerang. "Ada beberapa pihak yang berpandangan seperti itu, dan ini masih terus dalam kajian kami," kata Benyamin yang juga Ketua III, TKKSD Kabupaten Tangerang.
Namun, ia menambahkan, pilihan incenerator itu belum final dan masih terus dibahas. Kabupaten Tangerang, ia meneruskan, pada prinsipnya lebih menekankan teknologi yang ramah lingkungan dan direkomendasikan oleh undang-undang dan protokol kyoto.
Terkait dengan teknologi yang ditawarkan DKI Jakarta, kata Benyamin, sampai saat ini konsultan dari Jakarta belum bisa menyakinkan Pemerintah Kabupaten Tangerang jika teknologi yang akan mereka gunakan di pengolahan sampah Ciangir. "Konsultan DKI Jakarta belum mampu meyakinkan Pemda Tangerang," katanya.
Benyamin berharap, pembahasan soal teknologi itu tidak akan berlarut-larut dan akan berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. "Yang pasti tidak akan sampai deadline," kata Benyamin.
Secara terpisah, Wakil Bupati Tangerang Rano Karno mengatakan Kabupaten Tangerang berpotensi kehilangan pendapatan asli daerah sebesar Rp 18 milyar per tahun jika proyek Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Ciangir gagal dibangun di desa Ciangir, Kabupaten Tangerang. "Sangat disesalkan kalau sampai gagal," katanya.
JONIANSYAH