TEMPO Interaktif, Lelaki berkacamata besar itu tampak sibuk di media center Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) pekan lalu. Dia menjadi moderator jumpa pers beberapa desainer busana. "Saya lima hari tak pulang ke rumah," katanya. Dalam pesta mode dan makanan tersebut, ia memang salah seorang yang paling sibuk. Maklum, ia Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).
Namanya Taruna Kusmaryuda. Namun lelaki ini lebih dikenal dengan nama Taruna Kusmayadi. "Semasa kuliah di Amerika Serikat, saya menggunakan nama ayah saya sebagai nama belakang. Makanya saya lebih dikenal sebagai Taruna Kusmayadi," kata Nuna, panggilan akrabnya, ketika ditemui Tempo di kediaman sekaligus studionya yang asri di Duren Tiga, Jakarta.
Anak ketiga dari delapan bersaudara ini tumbuh besar di Jakarta. Ayahnya seorang tentara Angkatan Laut dan ibunya seorang pegawai negeri. Nuna menganggap kehidupannya seperti air mengalir. Dia tak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang desainer busana. Walaupun semasa kecil sang ibu sering meminta sarannya dalam mix and match kebaya dan selendang. "Di antara delapan anak, ibu justru meminta saran saya."
Kemudian ia tidak hanya menjadi perancang, tapi juga organisatoris yang baik. Di tangannya, APPMI berkembang pesat. Cabang baru dibuka di berbagai daerah, jumlah anggota perancang senior dan junior bertambah, serta mengadakan pameran 47 kali dalam lima tahun bukan angka yang sedikit. Organisasi itu juga sudah bergabung dalam Asian Fashion Federation. Pekan lalu, ia pun terpilih untuk kedua kalinya memimpin lembaga itu (periode 2010-2015).
Nuna menilai perkembangan dunia fashion saat ini lebih baik. "Pemerintah mulai mendorong lebih banyak pameran dagang dan fashion week di berbagai negara," tuturnya. Di tingkat nasional, jumlah pameran kecil juga cukup banyak. Yang menjadi fokusnya, "Bagaimana mengondisikan pameran kecil yang banyak ini menjadi pameran besar, walaupun sedikit." Tujuannya untuk mencari buyer dari luar negeri minimal dalam skala Asia Tenggara.Menurut dia, prospek fashion di Indonesia cukup besar. Namun kendalanya adalah sulitnya seorang perancang untuk berproduksi semi-massal. Modal besar menjadi penghalang. "Kami tidak dilirik industri besar."
Baca Juga:
Selain itu, baik industri maupun desainer yang punya nama memiliki ego yang sama besar. Andai tercipta sinergi di antara keduanya, bukan mustahil Indonesia memiliki merek nasional yang berjaya. Selama ini Indonesia sering memproduksi barang dengan label merek pemesan. "Padahal dari bahan baku dan pembuatan, semua di Indonesia."
Rangkaian JFFF yang berakhir pekan lalu, buat Nuna, merupakan event regional yang bagus untuk memperkenalkan karya para perancang Indonesia. "Perancang dari daerah berkesempatan mengadakan show dan pameran di Jakarta," ia melanjutkan. Jumlah perancang APPMI yang ambil bagian pada pergelaran tahunan ini naik dari tahun lalu, dari 45 menjadi 60 perancang.Nuna tak berharap muluk-muluk. Dia ingin bisa kembali menyatukan 168 anggota APPMI dalam satu panggung, sembari mengusahakan event besar tahunan. "Satu hal yang bisa dibanggakan adalah kekompakan anggota APPMI. Desainer senior-junior bisa mengadakan pergelaran di satu panggung," katanya. Menarik anggota baru yang punya kemampuan juga menjadi salah satu agendanya.
Pada waktu senggangnya, lelaki penyuka aneka jenis makanan ini punya hobi mengumpulkan kain tradisional Indonesia. "Ada sekitar 400 kain batik antik dan baru serta 100 kain tenun," tutur Nuna. Melihat kain-kain bisa menjadi inspirasinya dalam merancang. | AMANDRA MUSTIKA M
BIODATA
Nama: Taruna Kusmaryuda Kusmayadi
Lahir: Surabaya, 28 Juli
Profesi: Perancang busana, Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI)
Sekolah:
1981-1983, Jurusan Akuntansi Central California Commercial College, Amerika Serikat
1983-1986, Jurusan Fashion Merchandising California State University of Fresno, Amerika Serikat
1987-1990, Jurusan Fashion Design Fashion Institute of Technology, New York, Amerika Serikat
Pengalaman :
1987-1990, Assistant senior stylist di Head Office of Frostman, New York
1990-1991, Desainer & merchandiser di perusahaan denim, Indonesia
1992-1997, Desainer perusahaan garmen Bowman yang berpusat di Hong Kong
1992-1997, Mengeluarkan label Nuna
1999-2005, Ketua Harian Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI)
2005-2015, Ketua Umum APPMI dua periode
2007-sekarang, Mengeluarkan label Tzi
1999-sekarang, Dosen fashion di Institut Kesenian Jakarta
2008-sekarang, Dosen fashion di Sekolah Tinggi Desain Interstudi