TEMPO Interaktif, Jakarta -Badan Pusat Statistik mencatat lahan pertanian di Pulau Jawa mengalami penyusutan drastis tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Pertanian yang dirilis oleh BPS, penyusutan terjadi sekitar 27 juta hektare tiap tahunnya."Penyusutan terbesar terjadi justru di lumbung padi di daerah Jawa Barat,” ujar Rusman Heriawan, Kepala BPS kepada wartawan di kantornya hari ini.
Rusman menjelaskan, penyusutan lahan pertanian ini diperkirakan karena maraknya konversi lahan produktif menjadi lahan nonproduktif seperti perumahan. “Makanya, wartawan kalau buat rumah jangan di daerah Bekasi, Karawang dan daerah pertanian lainnya,” ujar Rusman yang disambut gelak tawa wartawan.
Meskipun penyusutan lahan pertanian terus terjadi, BPS mencatat hasil pertanian seperti padi, kedelai dan jagung mengalami peningkatan. “Peningkatan disebabkan oleh produktivitas lahan meningkat,” Ujar Rusman.
Pada tahun 2009, Indonesia mencatat produksi padi sebesar 64,40 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau naik sebesar 4,07 juta ton dibandingkan tahun 2008. “Naik 6,75 persen, ini rekor kenaikan tertinggi sepanjang sejarah Indonesia,” ujar Rusman.
Rusman menambahkan, sejumlah daerah mencatatkan kenaikan produksi padi diantaranya adalah Jawa Tengah yang mengalami peningkatan sebesar 5,7 persen, Kalimantan Selatan sebesar 9, 34 persen, Sulawesi Selatan naik sebesar 4,88 persen, dan Sumatera Selatan naik sebesar 3,72 persen. Sedangkan Jawa Barat yang terkenal sebagai lumbung padi tercatat mengalami penurunan produksi padi sebesar 2,07 persen.
Untuk 2010, berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM II), produksi padi diperkirakan akan naik mrnjadi 65,15 juta ton GKG. Angka ini naik sebesar 751,87 ribu ton atau sebesar 2,19 persen dibandingkan 2009. Kenaikan ini, menurut Rusman dikarenakan produktivitas lahan yang meningkat sebesar 0,63 kuintal per hektare atau sebesar 1,26 persen. Sedangkan luas panen diperkirakan mengalami penurunan seluas 12,63 ribu hektare atau 0,1 persen.
Rendahnya peningkatan ini diperkirakan akan disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak menentu. “Di beberapa wilayah ada yang seharusnya bisa panen tiga kali tapi hanya bisa panen dua kali karena cuaca tidak menentu,” ujarnya.
Untuk produksi kedelai, pada 2009 tercatat 974,51 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 198,80 ribu ton atau 25, 63 persen dibandingkan 2008. Untuk tahun ini, Departemen Pertanian menargetkan produksi sebesar 927,38 ribu ton biji kering atau turun sebanyak 47,13 ribu ton biji kering.
Penurunan ini, menurut Rusman, dikarenakan kedelai ditanam dengan menggunakan metode tumpang sari. “Jadi kedelai ini hanya dijadikan tanaman sela disaat lahan sedang tidak digunakan untuk menanam padi atau tanaman lainnya,” ujar Rusman.
Hal ini mengakibatkan luas lahan pertanian kedelai menjadi menciut seluas 44,35 ribu hektar atau 6,14 persen. Sementara produktivitas diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 0,19 kuintal perhektare atau sebesar 1,41 persen.
Adapun produksi jagung, selama tahun 2009 tercatat mengalami peningkatan 8,04 persen atau 1,31 juta ton pipilan kering dibandingkan 2008. Sedangkan tahun ini, produksi jagung diperkirakan naik 386,79 ribu ton pipilan kering atau 2,19 persen. Target sebesar 18,02 juta ton pipilan kering ini diperkirakan akan tercapai karena terjadinya produktivitas lahan sebesar 0,69 kuintal per hektare atau 1, 63 persen dan juga perluasan lahan sebesar 23,43 ribu hektare atau 0,56 persen.
FEBRYIAN