TEMPO Interaktif, Jakarta - Kelebihan beban di server pusat Pendaftaran Peserta Didik Baru tahap pertama untuk SMA dan SMK di Jakarta beberapa waktu lalu ternyata disebabkan operator yang belum profesional. Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Rationo, mengatakan operator yang digunakan pihaknya berasal dari tim Disdik DKI sendiri.
"Ini dilakukan supaya efisien," ujarnya siang ini. Disdik DKI, lanjut dia, sudah memiliki aplikasi software sendiri untuk mengolah data siswa. Pihaknya cuma menyewa konsultan ahli teknologi informasi sebanyak lima orang untuk mendukung kegiatan tersebut. Sementara operator entry berasal dari masing-masing sekolah.
"Jauh lebih murah," Rationo memberi tahu. Namun Rationo menolak berapa ongkos untuk membayar konsultan ahli--dan menjalankan aplikasi perangkat lunak tersebut. Dalam prosesnya Rationo menyayangkan terjadi kelebihan beban akibat data siswa yang masuk bersamaan. "SDM-nya ternyata belum mampu," tutur Rationo.
Kepala Seksi Data dan Informasi Disdik DKI, Budi Sulistiono, meluruskan, sebenarnya bukan servernya yang bermasalah. Yang bermasalah kata dia adalah aplikasi perangkat lunaknya. "Aplikasi buatan Disdik DKI ini tidak memadai untuk diunduh banyak," ujarnya siang ini.
Budi menerangkan, masalah bandwidth (lebar pita) sebenarnya tidak berpengaruh--karena terhubung dengan internet. Diistilahkannya, server itu adalah rumah dan bandwith itu lebar jalan menuju rumah tersebut. "Ini kolaps di aplikasinya."
Aplikasi ini sebenarnya berhasil dalam PPDB SMP tahun kemarin dan tahun ini. "Begitu juga PPDB SD," katanya. Masalahnya, untuk PPDB SMA, dijelaskan dia, orang yang membuka laman PPDB online jauh lebih banyak. Dari orang tua, siswa sendiri hingga pihak sekolah.
HERU TRIYONO