TEMPO Interaktif, JOMBANG - Kepala Badan Hisab dan Rukyah Kementerian Agama Republik Indonesia Muhyidin Khazin mengatakan, perbedaan penetapan awal ramadhan dan 1 Syawal kemungkinan masih terjadi. "Potensi perbedaan tetap ada, tapi kemungkinan mayoritas sama," ujarnya usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Problematika Arah Kiblat dan Waktu Sholat di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Selasa (13/7).
Dijelaskan, dengan metode rukyah, saat ini saja hilal belum tampak sebagai tanda akhir bulan Rajab, dan awal bulan Sya'ban. Jika dilihat memakai teropong, hilal terhalang oleh mendung sehingga probabilitas kemunculanya tak bisa dipastikan. Dengan demikian, kata Muhyidin, ada beberapa kalangan yang menganggap hari ini sudah memasuki bulan Sya'ban, karena percaya hilal sudah tampak.
Baca Juga:
Tapi, ada kalangan yang tak bisa melihatnya sehingga mereka belum berani menganggap hari ini sudah memasuki bulan Sya'ban. Perbedaan itu akan berdampak dalam penetapan awal bulan Ramadan, dan 1 Syawal. Adapun Kementrian Agama menetapkan hari ini sudah masuk bulan Sya'ban. "Tapi masih ada beberapa orang yang menganggap hari ini masih bulan Rajab," ujarnya.
Muhyidin menambahkan, karena Kementeraian Agama menganggap hari ini sudah masuk bulan Sya'ban, maka dengan metode hisab kemungkinan besar awal Ramadhan akan dimulai pada 11 Agustus nanti. Prediksi itu sama dengan Muhammadiyah, yang sebelumnya sudah menetapkan awal ramadhan pada tanggal tersebut.
Namun demikian Kementerian Agama belum bisa memastikan karena sidang Isbat baru dilakukan 10 Agustus nanti. Muhyidin optimistis, dua organisasi besar, Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama akan sama dalam menetapkan awal Ramadhan dan 1 Syawal tahun ini. Dia juga mengajak masyarakat tak bingung. "Kami minta masyarakat percaya pada Kementerian Agama," ucap Muhyidin.
MUHAMMAD TAUFIK