TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan Shaberah minta masyarakat tak perlu merisaukan soal perubahan arah kiblat.
"Karena itu, yang diubah Shafnya saja, bukan arah Masjidnya " kata Amidhan yang ditemui Tempo di Kantornya, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (14/7).
Amidhan juga menyatakan kalau nantinya para ahli astronomi dan geologi bersepakat kalau arah kiblat perlu diubah karena ada pergeseran lempeng bumi itu tidak akan mutlak mengubah arah kiblat. "Karena bukan hanya fisik bangunannya, tapi jihadnya juga dilihat," kata dia.
Lagipula menurut Amidhan perubahan arah kiblat tidak akan bisa serta merta diterapkan pada masyarakat Indonesia. "Karena sudah berabad-abad ditetapkan, kecuali penetapan yang pertama dulu keliru."
Kendati ia mengakui bahwa ilmu pengetahuan dan ajaran agama perlu disinkronkan. "MUI kan hanya memberikan petunjuknya, yakni arah barat. Tetapi antara di Pulau Jawa dan pulau lain kan berbeda, tentu harus memakai ilmu astronomi," tuturnya.
Menurut Amidhan, MUI juga telah mengadakan pertemuan terkait hal tersebut dengan beberapa ahli astronomi dan geologi. "Tapi terakhir itu saya tidak hadir," kata dia.
PINGIT ARIA