TEMPO Interaktif, Bandung - Pertunjukan video mapping di bagian muka Gedung Merdeka, Bandung, Minggu (25/7) malam, memukau ratusan penonton. Sekitar 300 orang menyaksikan tayangan audio visual itu walau harus berdesakan di trotoar dan ruas Jalan Asia Afrika.
Video mapping bertajuk Nyala Merdeka itu ditayangkan Minggu (25/7) malam pukul 21.00 dan 23.00 WIB. Isinya menampilkan kilas perjalanan Kota Bandung yang tahun ini berusia 200 tahun hingga masa depannya. Dalam pertunjukan selama 16 menit itu, wajah Gedung Merdeka menjadi layar besar.
Pertunjukan dibuka oleh performance art belasan orang di depan pintu masuk gedung bekas tempat Konferensi Asia Afrika 1955 itu dan kemunculan seorang lelaki berseragam tentara Belanda yang berdiri di atap Gedung Merdeka. Tapi suara pemeran Gubernur Jenderal Daendels yang mendirikan kota Bandung tersebut tenggelam oleh deru mesin kendaraan yang ramai melintas.
Perhatian kemudian tertuju ke wajah gedung yang bercat putih. Bayangan orang muncul berlarian dari satu jendela ke jendela lain lalu bergerak mencangkul seperti seorang petani. Selanjutnya cerita terangkai lewat tayangan film sejarah dokumenter hitam putih yang terlihat kurang jelas.
Baru ketika gambar tangan besar muncul dan menggambar garis-garis di sepanjang bangunan, penonton mulai terkagum-kagum. Memasuki babak kedua saat mengisahkan peristiwa Bandung Lautan Api, Gedung Merdeka seperti terbakar oleh kobaran api besar. Api itu lalu mengecil dan hanya tersisa di atas lampu besar gedung di atas empat pilarnya.
Warna-warni lampu yang menyiram wajah gedung dengan selingan beragam motif tumbuhan juga memukau mata penonton. Puncaknya ketika garis-garis animasi kembali menggambar bidang Gedung Merdeka dengan lebih rumit. Hasil reka ulang itu kemudian mengembang lalu mengempis sebelum akhirnya lenyap perlahan-lahan.
Sejumlah penonton, seperti Arul, mengaku puas melihat video mapping yang menutup acara Semarak Bandung sejak Ahad (25/7) pagi tersebut. "Ini lebih bagus daripada permainan lampu sebelumnya di Gedung Merdeka," kata warga Kopo, Bandung, itu. Penonton lainnya, Atang, juga memuji walau ia kurang memahami jalan ceritanya.
Tayangan video yang memakai dua proyektor berkekuatan 15 ribu lumens tersebut dibuat panitia Pasar Seni Institut Teknologi Bandung selama 1,5 bulan. Koordinator Pasar Seni ITB Tisna Sanjaya mengatakan video mapping itu akan diputar ulang saat acara berlangsung di ITB pada 10 Oktober 2010 mendatang.
ANWAR SISWADI