TEMPO Interaktif, Kediri - Lebih dari seribu warga yang tinggal di sekitar pabrik rokok PT Gudang Garam Kediri melakukan aksi unjuk rasa. Mereka memprotes polusi udara yang dikeluarkan pabrik hingga memicu terjadinya gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).
Aksi unjuk rasa ini dilakukan warga di Dusun Susuhan, Desa Gampengrejo, dan Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Mereka melakukan konvoi keliling desa sejauh satu kilometer sambil mengenakan masker yang dibeli warga secara swadaya. “Kami sudah capek hidup dengan limbah,” kata Muhammad Yunus, 30, warga Dusun Susuhan kepada Tempo, Minggu (8/8).
Menurut dia limbah pabrik berupa sisa pembakaran yang keluar dari cerobong pabrik telah menyebar ke pemukiman penduduk sejak tahun 2006 silam. Debu berwarna putih yang menyerupai abu itu merupakan sisa pembakaran limbah pabrik yang dilakukan di Unit PT Gudang Garam bagian pembakaran.
Intensitas debu yang tinggi ini menyebabkan puluhan warga yang bermukim di sekitar pabrik jatuh sakit. Berdasarkan surat keterangan dokter yang dikeluarkan rumah sakit, mereka mengalami gangguan ISPA akut akibat polusi udara yang berlebihan. “Sebagian korban anak-anak,” kata Yunus.
Keluhan serupa disampaikan Mashudi, 40, warga Desa Putih yang berdekatan dengan cerobong pabrik. Selain memicu polusi udara, perusahaan rokok terbesar di Kediri itu juga membuang limbah cair ke sungai. Hal ini membuat warna air sungai berubah coklat kemerah-merahan dan menyebarkan aroma tak sedap. “Jika hujan tiba, air sungai naik dan merusak lahan pertanian,” kata Mashudi.
Warga sendiri, menurut Mashudi pernah memberikan surat teguran kepada PT Gudang Garam dan pemerintah daerah setempat. Bahkan pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Kediri sempat melakukan mediasi antara warga dengan manajemen Gudang Garam untuk menyelesaikan persoalan itu. Namun hingga kini janji perusahaan untuk mengurangi kadar pembakaran hingga 40 persen tak kunjung direalisasi.
Kekesalan warga memuncak ketika upaya mendapatkan pengobatan gratis kepada perusahaan tak ditanggapi. Bahkan hingga saat ini dua penderita ISPA yang dirujuk ke rumah sakit Surabaya harus mengeluarkan biaya sendiri.
Karena itu warga memutuskan melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran untuk meminta pertanggungjawaban Gudang Garam. Mereka menuntut dihentikannya kegiatan pembakaran limbah yang menjadi biang persoalan selama bertahun-tahun.
Selain melakukan konvoi, warga dan tokoh masyarakat serta pengurus Pondok Pesantren Al-Ihsan yang juga terdampak polusi juga melakukan penancapan papan peringatan bebas polusi di jalan desa. “Kami juga mengirim surat kepada Gubernur untuk turun tangan,” kata Mashudi yang juga koordinator aksi.
Manajemen Gudang Garam belum memberikan respon atas aksi tersebut. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Yuli Rosyadi tidak berhasil dihubungi. Salah satu staf humas Gudang Garam, Nina, hanya mengatakan perusahaan telah mengetahui aksi tersebut dan akan memberikan penjelasan. “Nanti akan ada penjelasan resmi dari kami,” katanya melalui telepon.
HARI TRI WASONO