"Sebetulnya bukan masalah kebijakan suku bunga, tapi pertumbuhan ekonomi AS yang agak lebih lambat," kata Hartadi saat ditemui usai rapat koordinasi ketahanan pangan di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Rabu (11/8)
Menurut Hartadi, meskipun ada beberapa indikator positif dalam pertumbuhan ekonomi Amerika, tapi itu tidak terjadi secara keseluruhan. Ia mencontohkan penurunan harga saham di Amerika yang berdampak negatif ke pasar modal regional,termasuk ke Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga:
Sedikit melemahnya rupiah pada hari ini dibandingkan beberapa hari lalu, kata Hartadi juga disebabkan karena pelambatan pertumbuhan ekonomi Amerika. "Rupiah melemah dibandingkan beberapa hari yang lalu karena perlambatan," katanya.
Meski, dia mengatakan pergerakan nilai tukar Rupiah yang cepat saat ini masih menunjukkan tren yang menguat. "Ada sedikit pelemahan, tapi masih dalam tren menguat," katanya.
Hartadi belum melihat ada nya tren capital inflow. "Saya belum lihat perkembangannya hari ini," katanya.
Hartadi juga mengatakan belum melihat adanya pengaruh kenaikan harga gandum di pasar komoditas. Hanya saja, dia mengatakan bila hal ini tidak disikapi dengan baik, kenaikan harga gandum itu bisa memacuk kenaikan harga bahan pokok lainnya. "Biasanya orang mencari substitusi bahan pokok yang sama," katanya.
Ia berharap, kenaikan harga gandum ini tidak membuat harga beras melonjak tajam seperti halnya yang terjadi pada tahun 2007. "Saat itu stok beras turun orang berebutan cari beras, sehingga harga beras melonjak," katanya.
IQBAL MUHTAROM