Jumat lalu, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengungkapkan bahwa 144 anggota TNI yang bertugas di Papua positif mengidap HIV/AIDS. "Empat di antaranya sudah meninggal," kata Djoko seusai acara serah-terima tunjangan khusus bagi prajurit TNI itu di Kementerian Pertahanan.
Nafsiah memperkirakan jumlah anggota TNI yang tertular HIV/AIDS bisa lebih besar, karena TNI tak mempublikasikan data serupa di provinsi lain. "Di tempat lain mungkin lebih besar, kita tidak tahu," ujar dia.
Secara nasional, Papua menjadi provinsi dengan jumlah penyandang HIV/AIDS keempat terbanyak. Di atasnya berturut-turut Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.
Data dari Komando Daerah Militer Cenderawasih itu, menurut Nafsiah, merupakan angka kumulatif sejak 2002. "Kita tidak tahu mereka tertular di mana," Jadi, kata Nafsiah, tidak benar bila Papua disebut tempat paling rawan dalam penularan HIV/AIDS.
Untuk mengatasi penularan HIV/AIDS di kalangan prajurit, TNI telah menyusun strategi lima tahunan, mencakup tindakan pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Untuk menjalankan strategi itu, menurut Djoko, TNI telah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Kesehatan.
Saat ini ada 11 rumah sakit TNI yang memberikan layanan kesehatan gratis bagi prajurit, seperti RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Dua di antara 11 rumah sakit ini berada di Papua. Djoko meyakini pengidap HIV masih bisa ditolong, "Asal langsung ditangani."
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS, profesi lain yang juga berisiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah pelaut serta pekerja pertambangan dan kehutanan. Kebiasaan dan perilaku seks tidak aman, misalnya berganti pasangan tanpa memakai kondom, menjadi salah satu media penularan HIV/AIDS di kalangan orang berprofesi seperti ini.
BUNGA MANGGIASIH | ADISTI DINI INDRESWARI