Ia mengatakan selama kuartal pertama tahun ini nilai ekspor kerajinan mencapai US$ 143 juta atau naik 18,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tujuan utama ekspor kerajinan sampai saat ini Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Tahun lalu 17 persen dari total ekspor ke Eropa, 17 persen ke Jepang, dan 16,5 persen ke Amerika Serikat. Sisanya ke Asia.
"Ini menunjukkan industri kerajinan cukup punya daya saing untuk dikembangkan," ujar Siti. Produk kerajinan dari Tanah Air yang diekspor saat ini adalah anyaman, peralatan rumah tangga, dan garmen. Selain memiliki daya saing, sekitar 30 persen industri kecil menengah yang memproduksi barang kerajinan juga mampu mengekspor produk mereka sendiri. Namun sebagian besar lainnya, masih harus menumpang pada eksportir lain.
HIMPI meminta pemerintah ikut memberikan solusi bagi IKM yang belum mampu melakukan ekspor sendiri agar semakin meningkatkan daya saing. Kendala terbesar yang dihadapi industri kecil dan menengah adalah bunga kredit yang masih tinggi, antara 16-18 persen. "Satu kerajinan dibuat dalam tiga bulan. Sedangkan waktu jualnya bisa sampai satu tahun," katanya.
Akibatnya IKM tidak memiliki cukup waktu untuk mengembalikan modal pinjaman. Perbankan biasanya juga meminta jaminan yang tidak bisa dipenuhi IKM. Selain penurunan suku bunga menjadi satu digit. IKM juga mengharapkan ada skema khusus untuk mereka.
KARTIKA CANDRA