TEMPO Interaktif, Jember - Sedikitnya 65 warga Kecamatan Silo, Kebupaten Jember, mendadak terserang diare, Kamis (19/08). Warga dari sejumlah desa itu pun dirawat di Puskesmas Kecamatan Silo, sementara seorang warga meninggal dunia.
"Banyak warga tidak mau dirujuk ke RSD dr Soebandi, karena alasan ingin dekat rumah mereka," kata Humas Dinkes Jember, Yumarlis kepada Tempo, Kamis (19/8) malam.
Dinas Kesehatan Jember menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas merebaknya kasus diare di Kecamatan Silo. Sejauh ini, status tersebut hanya diterapkan untuk Kecamatan Silo, karena banyaknya penderita penyakit diare disertai muntah-muntah itu.
Menurut Yumarlis, karena sebagian besar pasien berasal dari keluarga tidak mampu mereka tidak mau dirujuk meskipun kritis. Seperti yang terjadi pada seorang pasien tua, Ny Nihya (60), warga Desa Pace, Kecamatan Silo, yang meninggal dunia Kamis (19/8) sore akibat komplikasi diare, hipertensi dan asma.
Tentang penyebab diare tersebut, pihak Dinas Kesehatan Jember masih mencari penyebabnya. Diduga kuat, warga mengkonsumsi air tidak bersih atau belum dimasak. "Apalagi sekarang puasa, mungkin juga mengkonsumsi es yang terbuat dari air mentah," lanjutnya.
Yang pasti, kata Yumarlis, pihaknya akan mengkaji kondisi kesehatan lingkungan di kawasan tersebut. Pasalnya, kejadian tersebut hanya terjadi di sejumlah desa di kecamatan tersebut dan tidak merebak di seluruh desa. "Besok kami turunkan petugas laboratorium kesehatan lingkungan untuk mencari penyebab pastinya," tegas Yumarlis.
Mulai petang tadi, Dinkes Jember mengerahkan tiga orang dokter dan 12 paramedis untuk bertugas selama 24 jam. Mereka memantau kesehatan pasien dan melakukan perawatan darurat dengan peralatan yang ada.
Seorang warga Desa Silo, Ny Toyana (35), menuturkan anaknya, Bayu Samudra yang berusia 1,5 tahun, harus menjalani rawat inap akibat diare. Ia masuk sejak Rabu (18/8) malam lalu. "Tidak tahu kok tiba-tiba mencret terus, habis minum air sumur," ujar Toyana.
MAHBUB DJUNAIDY